Yesti mengaku tak menyangka kepergiannya ke Surabaya selepas lulus SMA bisa berbuah gelar Sarjana Pendidikan. Yesti mengambil jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya. Awalnya, dia hanya ingin mencari pekerjaan dan membantu perekonomian keluarga.
"Saya anak yang tipikal sayang orang tua, saya mau berubah, mau membanggakan orang tua dan membantu perekonomian orang tua," kata Yesti kepada detikcom di Surabaya, Rabu (29/9/2021).
Berkisah tentang masa lalu membuat Yesti terisak. Dia ingat bagaimana awal mula merantau dan tidak membawa bekal apapun. Yesti mengaku hanya bermodalkan nekat.
"Kalau ngomongin itu nanti saya nangis, karena waktu itu kan kedua orang tua tidak setuju, keberatan saya berangkat ke sini. Saya nggak punya uang. Saya nggak punya bekal apa-apa, saya cuma modal nekat," aku Yesti.
Wajar saja orang tua Yesti tak setuju dan melepas kepergian anak kelima dari enam bersaudara ini. Karena di Jawa, Yesti tidak mengenal siapapun dan tidak memiliki kerabat.
"Alasannya karena saya kecil. Kata mereka, kamu di sana tidak punya siapa-siapa. Nanti takut tidak ada orang yang percaya. Tapi karena saya punya keberanian, punya tekat akhirnya saya berangkat ke Jawa," imbuhnya.
Sampai di Surabaya, Yesti akhirnya mendapat pekerjaan sebagai Asisten Rumah Tangga (ART). Dengan gaji yang diterimanya, dia bisa membantu perekonomian keluarga.
"Sampai di sini saya punya tabungan saya beli HP, saya mengabari mereka (orang tua) jika saya punya pekerjaan, punya majikan yang baik. Ketika saya sudah bekerja, saya bisa membantu perekonomian keluarga dan akhirnya mereka setuju," papar Yesti.
Kini, orang tua Yesti pun patut berbangga karena putrinya mampu meraih gelar sarjana dengan nilai yang baik. Teringat perjuangan dan lika-likunya, Yesti mengaku tak bisa membendung air matanya saat diwisuda di Dyandra Convention Center Surabaya pada beberapa waktu lalu.
(hil/iwd)