Tasbih buatan Aulia Bagus Ar Rahmaan (26), warga Sidoarjo ini dipasarkan di Arab Saudi, China, Malaysia, Turki, Amerika Serikat, dan sejumlah kota di Indonesia. Harga tasbih berbahan gaharu yang paling murah adalah Rp 750 ribu, menengah Rp 5 juta, dan yang paling mahal Rp 50 juta. Sedangkan harga gelang dipatok dengan harga termurah Rp 500 ribu, menengah Rp 5 juta, dan tertinggi Rp 60 juta.
Tasbih yang terbuat dari bahan gaharu, sama seperti tasbih pada umumnya. Hanya memiliki ciri khasnya, yakni warna hitam mengkilap dan bau gaharu yang sangat harum. Saat digunakan dan tergesek oleh jari, bau harum dari tasbih gaharu semakin tercium.
"Selain membuat tasbih, juga membuat gelang, bakaran, kalung, minyak, powder, dupa, patung, liontin. Namun di saat pandemi, omzetnya mengalami penurunan Rp 300 hingga Rp 400 juta," ujar Bagus, Minggu (11/7/2021).
Karena untuk ekspor, tasbih dan gelang buatan Bagus ini berbahan kayu gaharu dengan kualitas super. Bagus mengaku mendapatkan bahan bakunya dari Kalimantan dan Marauke, Papua. Kayu gaharu yang dipilih untuk membuat tasbih dan gelang adalah kayu yang sudah berumur puluhan tahun bahkan ratusan tahun.
"Bahan baku tasbih dan gelang yang kualitas ekspor. Saya memakai kayu gaharu yang harganya Rp 60 juta per kilogram," terang Bagus.
Bagus menekuni membuat tasbih, gelang, dan kalung dari kayu gaharu itu sejak dirinya masih kuliah di ITS. Setelah keluar kuliah, bisnisnya terus dikembangkan namun hanya mampu pelayanani pemesanan di dalam negeri. Barulah di tahun 2011 dia mulai mengekspor tasbih dan gelang itu ke Singapura.
Bagus bercerita modal awal bisnis kerajinan berbahan baku kayu gaharu tersebut join degan teman-temannya. Seiring dengan waktu, Bagus akhirnya bisa mempunyai modal sendiri dan dengan mandiri ia mampu mengekspor sendiri.
"Setelah ekspor pertama ke Singapura, produksi kerajinan tasbih, gelang, dupa, serta. yang lainnya mulai dikenal. Kemudian ada beberapa buyer dari beberapa negara yang pesan," jelas Bagus.
Di saat pandemi seperti ini Bagus membuat tasbih dan gelang gaharu sesuai pesanan. Sebelum pandemi banyak buyer dari Arab Saudi yang ordernya berlebihan. Selain Arab Saudi, ada juga dari Amerika dan China. Meski begitu, Agus tak berkecil hati. Ia buat sebaik mungkin pesanan yang ada sambil terus mempromosikan produknya.
"Namun sayangnya tiba-tiba muncul pandemi COVID-19, sehingga bisnis kerajinan berbahan kayu gaharu merosot tajam. Merosotnya mencapai 30 hingga 40 persen. Selain itu bahan baku gaharu juga sulit didapatkan," tandas Bagus.
(iwd/iwd)