Dugaan sementara klaster tersebut adalah klaster hajatan, klaster pembuat peti buah dan klaster warung makan. Namun pihak desa saat ini masih belum dapat memastikan dari mana munculnya ledakan COVID-19 di desa itu.
"Ada klaster dugaan penyebab ledakan COVID-19. Untuk mengetahui secara pasti pihak Puskesmas Grajagan dan Dinkes masih melakukan tracing lanjutan," kata Mimin Budiati, Kepala Desa Glagahagung kepada detikcom, Sabtu (26/6/2021).
Untuk klaster peti buah, kata Mimin muncul setelah adanya tukang bangunan yang terpapar COVID-19. Kemudian para tukang bangunan ini menularkan ke para istrinya yang bekerja di pengepakan buah dan pembuat peti buah.
"Kami masih mendata ya, dibantu oleh Dinkes dan Puskesmas saat ini. Kami belum bisa menduga karena data dari mereka," tambahnya.
Kebanyakan warga yang postif COVID-19 merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG). Mereka dianjurkan untuk melakukan aktivitas seperti berjemur di bawah sinar matahari dan olahraga.
"Kebanyakan OTG. Kami minta warga mematuhi aturan dari desa agar penyebaran COVID-19 tidak meluas," pungkasnya.
Di permukiman tersebut warga dilarang untuk keluar dari rumah. Seluruh aktivitas warga dibatasi secara ketat. Tidak hanya itu, warga yang hendak masuk ke wilayah yang dilockdown itu juga tidak diperbolehkan menerima tamu dari luar.
Sebanyak 3 Rukun Tetangga (RT) di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo dilockdown. Ini dilakukan menyusul adanya penyebaran COVID-19 di lokasi setempat. Total ada 64 warga positif COVID-19. Pemberlakuan lockdown dilakukan untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran COVID-19 di desa tersebut.
Untuk menekan penyebaran COVID-19, pemerintah desa melakukan penyekatan PPKM Mikro di tiga RT masing-masing di RT 5, RT 6 dan RT 7 di RW 2.
(fat/fat)