Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Tengah, Musta'im Ahmad, mengatakan angka perkawinan yang mendapatkan dispensasi nikah atau pernikahan di Jateng dalam satu tahun ini ada 8.700 kasus, dari total 290.000 pernikahan. Musta'im mengungkap salah satu alasan pernikahan dini tersebut.
"Dari tahun ini 290.000 pernikahan, itu tiga persen yang dispensasi. Dia menikah di bawah umur yang dipersyaratkan undang-undang," ungkap Musta'im ditemui usai launching pendampingan, konseling dan pemeriksaan kesehatan dalam 3 bulan pranikah sebagai upaya pencegahan stunting dari hulu kepada calon pengantin, di kantor Bupati Boyolali, Rabu (29/12/2021).
Menurutnya, dispensasi nikah diajukan ke Pengadilan Agama, dan setelah ada keputusan maka Kementerian Agama yang melaksanakan putusan tersebut. Menurut Musta'im, alasan permohonan dispensasi nikah pada umumnya untuk menghindari perzinaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lebih banyak kalau kita baca normatifnya selalu kalimat yang muncul adalah untuk menghindari perzinaan. Alasan mengapa mengajukan nikah di usia awal," jelasnya.
Baca juga: Suami di Blora Nekat Culik Istrinya Sendiri! |
Di kesempatan yang sama, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengungkapkan dari hasil penelitian yang dilakukannya, angka pernikahan dini di Indonesia di angka 20 per 1.000. Setiap 1.000 pernikahan, ada 20 yang menikah di usia muda.
"Sebetulnya gini ya, BKKBN itu tahun 2021 ini mengukur, mengolah data mengunjungi 68 juta keluarga. Dari dari itu BKKBN mengukur siapa yang umur 15 sampai 19 tahun itu sudah hamil dan melahirkan. Jawabannya 20 per 1.000. Angka Indonesia loh, saben (tiap) 1.000 perempuan, kalau ditanya yang 20 itu sudah melahirkan, dan hamil di usia 15 sampai 20 tahun," kata Hasto.
Dia menegaskan pernikahan usia dini harus terus ditekan. Angka 20 per 1.000 itu harus terus diturunkan, dan ditargetkan bisa di bawah 10. Caranya dengan pendewasaan usia pernikahan.
"Program pendewasaan usia pernikahan, yang selalu kita kampanye, sosialisasi, lewat genre, pendamping keluarga. Ini kan semua keluarga nanti didampingi. Ada tiga pendamping keluarga, bidan, kader KB dan PKK," imbuhnya.
Menurut Hasto, pernikahan dini bisa berpengaruh kepada kasus stunting.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, menyebutkan memiliki program gerakan untuk mencegah pernikahan dini. Dia mengajak generasi muda untuk tidak cepat-cepat menikah, tetapi menyiapkan masa depan lebih dulu.
"Angkanya (pernikahan dini di Jawa Tengah) ora apal aku (tidak hafal saya). Tapi kita punya gerakan aja kawin bocah (jangan nikah dini)," kata Ganjar di lokasi yang sama.
Melalui gerakan ini mengajak kepada generasi muda bisa menyosialisasikan agar anak usia dini tidak cepat-cepat menikah. Namun menyelesaikan sekolah terlebih dahulu untuk mempersiapkan masa depan. Karena yang kawin muda dikhawatirkan muncul problem.
"Ini anak-anak muda, genre itu kita ajak bicara untuk mereka berkomunikasi, ayo sekolah sik yo, yo menyiapkan masa depan yo. Ojo kawin cepet-cepet. Lha itu perlu kita edukasi, karena itu betul biasanya yang kawin terlalu muda juga punya problem, mentalnya nggak kuat, fisiknya juga belum," jelasnya.
Dengan gerakan tersebut, diharapkan penyiapan generasi Indonesia ke depan dapat dilakukan dengan baik. Bahkan dengan program dari BKKBN untuk mencegah stunting ini dilakukan sejak tiga bulan sebelum nikah.
"Dengan cara ini kita harapkan mereka juga bagian yang kita edukasi, kalau itu sudah insyaallah kita siapkan betul generasi-generasi Indonesia ke depan itu sejak, kalau dulu itu saya bicara Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng itu sejak dalam kandungan, bahkan ini ditarik 3 bulan sebelum dia menikah. Tiga bulan sebelum menikah sudah kita siapkan, jadi insyaallah ini jauh lebih baik," harap Ganjar.