Rustamadji, seorang perupa nasional asal Klaten tutup usia pada usianya yang ke-80 tahun, Sabtu, 17 Maret 2001 silam. Meski telah lama berpulang, nilai yang diyakini seniman kelahiran 1921 itu tak lekang oleh waktu.
Seorang pelukis yang pernah dekat dengan Rustamadji, Bambang Depe, mengatakan sosok Rustamadji yang dikenalnya punya keunikan. Pribadi Pak Rus, demikian sapaan akrab Rusmadji dikenal sangat spiritualis.
"Pak Rus itu sangat spiritualis, perupa yang sangat mengagumi ciptaan Tuhan. Jadi tidak melukis selain itu," ungkap Bambang saat dihubungi detikcom, Minggu (12/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bambang, keunikan itulah yang membuatnya meneliti Rustamadji dengan membuat skripsi tahun 1987. Dari penelitian itulah dirinya mengetahui kekhasan lukisannya.
"Dalam membuat lukisan, Pak Rus tidak mau repot berpikir apa yang mau dilukis, tidak berimajinasi. Sebab menurutnya ciptaan Tuhan itu yang terbaik," sebut Bambang.
Dengan prinsip itu, ujar Bambang, tidak heran jika yang dilukis oleh Pak Rus yakni sesuatu yang natural dan apa yang dilihatnya.
"Jadi apa yang dilihat itulah yang dilukis. Baginya seekor semut itu satu ciptaan yang luar biasa, orang bisa membuat sesuatu yang canggih dengan teknologi tapi tidak bisa membuat semut," tuturnya.
Selain itu, lanjut Bambang, dalam membuat karya, Rustamadji mengedepankan rasa. Melukis itu buat Pak Rus adalah soamemelihara perasaan.
"Melukis itu kata pak Rus, angon rasa. Saya pikir awalnya melukis alam itu karena hobi atau permintaan pasar tapi ternyata tidak, bagian Rustamadji melukis adalah bagian spiritualitas," imbuh Bambang.
Bahkan, lanjut Bambang, Rustamadji pernah memiliki sebuah teropong untuk melihat bintang. Dia ingin melihat bintang untuk dilukis.
"Tidak tahu sekarang di mana. Pak Rus melihat proses penciptaan jagat raya ini sesuatu yang luar biasa," ujarnya.
Mantan Ketua Paguyuban Senirupawan Klaten (Pasren), Ansori, menambahkan selain melukis, Rustamadji juga menulis buku. Buku-buku yang ditulisnya juga tak lepas dari soal spiritualitas.
"Juga menulis buku, saya pernah punya bukunya tentang kedalaman spiritualitasnya. Jadi melukis bukan semata membuat gambar," ungkap Ansori saat dihubungi detikcom, hari ini.
(sip/sip)