Polisi Ungkap Gilang Diduga Alami Kekerasan Selama Diksar Menwa UNS

ADVERTISEMENT

Polisi Ungkap Gilang Diduga Alami Kekerasan Selama Diksar Menwa UNS

Ari Purnomo - detikNews
Kamis, 28 Okt 2021 13:03 WIB
Kapolresta Solo Kombes Ade Safri Simanjuntak di Karanganyar, Kamis (28/10/2021).
Kapolresta Solo Kombes Ade Safri Simanjuntak di Karanganyar, Kamis (28/10/2021). (Foto: Ari Purnomo/detikcom)
Karanganyar -

Kapolresta Solo Kombes Ade Safri Simanjuntak menyampaikan temuan baru terkait kasus meninggalnya mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Gilang Endi Saputra (21). Dari hasil pemeriksaan saksi dan barang bukti, Gilang diduga mengalami kekerasan selama mengikuti Diksar Menwa UNS.

"Ada dugaan, tindak kekerasan yang terjadi selama pendidikan dan pelatihan berlangsung," ujar Ade kepada wartawan usai berziarah di makam korban, di Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (28/10/2021).

Ade menyebut dugaan kekerasan itu diperoleh dari keterangan saksi dan juga barang bukti. Para saksi yang diperiksa di antaranya peserta dan panitia Diksar Menwa, serta dosen UNS Solo.

"Dari alat bukti yang didapatkan, dari keterangan saksi, dari alat bukti yang lain, yang sudah diperoleh penyidik," katanya.

Namun, Ade masih irit bicara soal kekerasan yang dialami korban. Pihaknya mengatakan menunggu hasil autopsi.

"Menunggu hasil autopsi yang akan dirilis oleh tim dokter forensik dr Moewardi," ungkapnya.

Ade menyampaikan sejumlah barang bukti yang disita penyidik yakni pakaian yang dikenakan korban hingga barang bukti elektronik. Selain itu ada juga senjata replika yang disebut dibagikan kepada peserta Diksar Menwa UNS.

"Ada juga senjata replika yang dibagikan oleh panitia kepada peserta. Senjata replika itu ada unsur kayu dan juga logam," urainya.

Di lokasi yang sama, seorang kerabat Gilang, Astrini, berharap kasus ini segera tuntas. Pihaknya berharap para pelaku bisa diberi hukuman setimpal.

"Kami ini orang awam, dan kami serahkan kasus ini kepada kepolisian. Kami minta kasus ini diusut sampai tuntas dan minta keadilan yang seadil-adilnya," pinta Astrini.

(ams/sip)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT