Cagar budaya Situs Ngloram di Kabupaten Blora Jawa Tengah kondisinya kini memprihatinkan. Di balik itu, ada kisah cerita masa lalu Blora sebagai daerah yang diperhitungkan.
Kasi Kesejarahan dan Keperpubakalaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora, Eka Wahyu Hidayat, mengatakan keberadaan Situs Ngloram yang terletak di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu ini memperkuat isi Prasasti Pucangan bertarikh Saka 963 (1041/1042 M) yang pernah diuraikan ahli huruf kuno (epigraf) Boechori dari Universitas Indonesia. Prasasti peninggalan Raja Airlangga itu ditemukan di Gunung Pananggungan, Jawa Timur dan dibawa dari Indonesia ke India dua ratus tahun lalu oleh Thomas Raffles.
"Isi prasasti itu menyebutkan Sri Aji Wurawari mijil sangke lwaram. Mijil berarti keluar (muncul dari). Hasil analisis toponim (nama tempat), kemungkinan nama Lwaram berubah menjadi Desa Ngloram sekarang. Pelepasan konsonan 'w', penyengauan di awal kata, dan perubahan vokal 'a' menjadi 'o' menjadikan nama Lwaram menjadi Ngloram," kata Eka saat berbincang kepada detikcom, Jumat (27/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eka menjelaskan Raja Sri Aji Wurawari penguasa Ngloram menyerang Kerajaan Mataram Hindu yang dipimpin oleh Darmawangsa Teguh pada tahun 1017. Saat itu Kerajaan Mataram Hindu berpusat di daerah yang sekarang dikenal dengan Maospati, Magetan, Jawa Timur.
"Serangan dilakukan ketika pesta pernikahan putri Darmawangsa Teguh dengan Airlangga yang berasal dari Bali sedang dilangsungkan. Serangan itu memporak-porandakan Kerajaan Mataram Hindu. Dalam peperangan itu seluruh keluarga Dharmawangsa terbunuh, kecuali menantunya, yakni Airlangga yang berhasil kabur," terangnya.
Membalas dendam atas kematian istri, mertua, dan kerabatnya, Airlangga yang lolos dari penyerangan dan tinggal di Wanagiri (di daerah perbatasan Jombang-Lamongan), akhirnya balik menghancurkan Aji Wurawari. Namun sebelumnya Aji Wurawari terlebih dahulu menyerang Airlangga. Sehingga Airlangga terpaksa mengungsi dan keluar dari Keratonnya di Watan Mas (sekarang Kecamatan Ngoro, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur).
Serangan balik Airlangga, yang ketika itu sudah dinobatkan sebagai menggantikan Darmawangsa Teguh, terjadi pada tahun 1032 M.
"Serangan itu pula yang memperkuat dugaan reruntuhan batu bata kuno berlumut yang kini dijadikan areal situs Ngloram," terangnya.
Eka mengatakan, untuk memperkuat hubungan antara situs Ngloram dengan Prasasti Pucangan masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Sebab saat ini, yang baru ditemukan berupa batu bata kuno, keramik dan perhiasan perak dan perunggu.
"Dalam kegiatan inventarisasi cagar budaya oleh pemkab, komunitas pelestari dan BPCB Jateng hingga tahun 2019, telah dikumpulkan berbagai artefak diantaranya batu bata kuno berukuran 20x30cm dengan tebal sekitar 4 cm, serpihan keramik, serta peralatan perunggu yang kini disimpan di Rumah Artefak Blora. Untuk memastikan keberadaan Kerajaan Ngloram dengan prasasti itu masih diperlukan penelitian dan kajian lebih mendalam. Seperti penggalian pencarian fondasi sisa kerajaan di sekitar area situs. Namun sampai saat ini, besar dugaan Kerajaan Ngloram yang dipimpin oleh Aji Wurawari berada di sana (Desa Ngloram)," terangnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Pamong Budaya Madya Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah Deni Wahyu Hidayat menambahkan, lokasi situs Ngloram sudah didata dan diinventarisasi.
"Tapi untuk menguatkan bahwa situs Ngloram merupakan tempat kerajaan Ngloram, perlu dilakukan ekskavasi arkeologi, perlu pendalaman materi. Seperti pencarian fondasi bekas keraton di sekitar lokasi. Kemudian didukung oleh isi prasasti Pucangan. Baru dapat dipastikan di situ letak pusat pemerintahannya. Tapi sejauh ini dugaan kuat keberadaanya ada di Ngloram," terangnya.
Deni melanjutkan, Kabupaten Blora pada masa lampau termasuk daerah yang diperhitungkan dan masuk daerah penting dan stategis. Kembali soal Situs Ngloram, Deni menyebut ada dua punden di dalamnya. Oleh penduduk setempat disebut sebagai Punden Nglinggo dan Punden Ngloram. Masih di lokasi yang sama terdapat satu makam yang diyakini makam dari Sunan Ngudung.
"Diduga lokasi tersebut merupakan bekas Kerajaan Ngloram yang dipimpin oleh Sri Aji Wurawari. Hal ini berdasarkan Prasasti Pucangan. Sekarang prasasti ini berada di Calcutta, India," terangnya.
Deni menambahkan, bahan utama dari situs-situs itu merupakan reruntuhan batu bata. Konsep dari komplek itu adalah bangunan berundak. Dimana halaman pertama adalah terletak paling rendah, selanjutnya halaman kedua dan ketiga.