Tingginya kasus kematian akibat virus Corona atau COVID-19 di Boyolali membuat para pedagang peti mati kewalahan menerima pesanan. Dalam sehari permintaan peti mati mencapai 15 unit.
"Setiap hari permintaan peti mati bertambah banyak. Sekali buat langsung ludes dibeli," ungkap Woro Puji Astuti, penjual peti mati asal Dukuh Dawan, Desa Ketaon, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Sabtu (10/7/2021).
Woro mengaku biasa kulakan peti mati di Solo untuk dijual kembali. Namun, karena stok barang selalu kosong, pihaknya akhirnya banting setir menjadi perajin peti mati sejak lima hari terakhir ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkap sebelum pandemi, penjualan peti mati laku sekitar 3-5 unit per hari. Namun, selama beberapa pekan terakhir angka penjualan naik hingga tiga kali lipat hingga 15 unit per hari.
"Sehari saya bikin enam peti mati, karena Solo kosong. Saya sering menolak-nolak pesanan karena barang tidak ada," katanya.
Woro mengungkap permintaan paling banyak datang dari rumah sakit, menurutnya hampir setiap rumah sakit di Boyolali memesan hingga 10 unit peti mati. Namun, dia tidak bisa memenuhi permintaan tersebut.
Polsek Sambi Bikin Peti Mati untuk Disedekahkan ke Warga
Melihat kebutuhan tersebut, Polsek Sambi Boyolali pun berinisiatif menjadi perajin peti mati. Peti mati tersebut lalu disedekahkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kapolsek Sambi, AKP Sunarto, menyebut dalam sehari ada 4-5 warga Kecamatan Sambi meninggal yang dimakamkan dengan protokol COVID-19.
"Karena ketersediaan di Sambi ini ada dua tempat yang menjual peti jenazah. Kebetulan pada saat itu warga cari peti jenazah, tetapi di tempat penjual ini kosong. Akhirnya kami berinisiatif membuat untuk disedekahkan kepada masyarakat yang membutuhkan," kata AKP Sunarto hari ini.
![]() |
Peti jenazah buatan polisi dari Polsek Sambi ini lalu disalurkan melalui perangkat desa maupun perwakilan keluarga. Sunarto menyebut tidak ada syarat untuk bisa mendapatkan peti mati gratis ini.
"Kami tidak menarik sepeser pun untuk peti jenazah ini," imbuhnya.
Sunarto menyebut biaya pembuatan peti mati ini berasal dari iuran anggotanya. Uang itu dibelikan papan kayu dan pembuatannya dikerjakan oleh anggota dan seorang tukang.
"Alhamdulillah, saat ini sudah jadi 10 peti," ucap dia.