Empat hotel di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, disiapkan menjadi tempat isolasi terpusat bagi kalangan buruh pabrik yang terinfeksi virus Corona atau COVID-19. Isolasi terpusat ini disiapkan menyusul adanya karyawan pabrik yang positif Corona.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Brebes, Edy Suryono, menjelaskan saat ini ada 25 pabrik di Brebes dengan jumlah karyawan sekitar 25 ribu orang. Dari 24 perusahaan itu, sekarang banyak yang terinfeksi virus Corona. Untuk itu, agar mudah dalam penanganan dan pengawasan, perlu disediakan tempat isolasi terpusat.
"Sudah banyak karyawan yang terjangkit Corona sekarang. Sekarang perlu adanya isolasi terpusat agar mudah dalam pengawasan dan penanganannya," kata Edy kepada wartawan, Senin (5/7/2021).
Dia menyebut, banyak pekerja kesulitan mendapatkan layanan isoman secara layak dan nyaman. Mereka hanya berdiam di rumah atau tempat kos, sehingga ini berpotensi menimbulkan klaster baru.
"Sehingga, Apindo berinisiatif mengakomodir semua pekerja yang terpapar untuk difasilitasi. Pasalnya jika hanya isoman di rumah atau tempat kos, bisa berisiko menulari yang lain. Selain itu, jika isoman di rumah, lingkungan kadang under estimate sama mereka," jelasnya.
Menurutnya, empat hotel yang disiapkan masing-masing Hotel Anggraini Tanjung, Anggraini Jatibarang, Dedy Jaya Brebes dan Anggraini Ketanggungan. Hotel ini diperuntukkan khusus buruh yang positif dan berstatus tanpa gejala (OTG).
"Seluruhnya dari empat hotel ini memiliki 120 kamar dengan kapasitas masing-masing kamar untuk dua orang. Fokusnya untuk menangani buruh yang terkonfirmasi positif tapi OTG. Kalau ada gejala akan langsung dikirim ke rumah sakit," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Brebes, Warsito Eko Putro, mengatakan bahwa data jumlah buruh pabrik yang terpapar Corona saat ini sebanyak 180 orang. Mereka berasal dari semua perusahaan yang ada di Brebes.
"Data di kami, jumlah yang masuk sebanyak 180 orang buruh yang positif. Semoga, dengan adanya tempat isolasi terpusat, akan mempermudah dalam pengawasan dan penanganan. Sehingga bisa mengurangi risiko penyebaran," kata Eko.
(rih/sip)