Fenomena ikan mati mendadak dialami petani karamba di kawasan Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Dalam tiga hari terakhir, sekitar dua ton ikan budi daya ini mati secara bersamaan.
"Benar, kematian ikan terjadi tiga hari terakhir. Jadi untuk kelompok saya itu, rata-rata sehari mati sekitar lima kuintal ikan," ujar Ketua Kelompok Budidaya Ikan 'Nila Kencana', Sugiyanto, saat ditemui wartawan di lokasi, Rabu (23/6/2021).
Sugiyanto menyebut fenomena ini tidak hanya melanda karamba di kelompok petani miliknya saja. Beberapa kelompok petani lain juga mengalami kondisi yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak tahu pasti jumlahnya karena ada puluhan kelompok tani di sini. Yang saya lihat sendiri ada tiga kelompok tani lain yang juga terkena fenomena yang sama," jelasnya.
Sugiyanto mengatakan, kematian ikan budi daya ini terus terjadi hingga hari ini. Petani terpaksa mengubur ikan-ikan yang mati tersebut di pinggir Waduk Gajah Mungkur.
"Dari kelompok saya sampai hari ini sudah mengubur sekitar dua ton ikan. Kalau dinominalkan kerugian sekitar Rp 50 juta," terang Sugiyanto.
Menurut petani karamba, kasus kematian mendadak ikan budi daya ini dikarenakan tingginya curah hujan. Di kondisi musim kemarau seperti ini, jelas Sugiyanto, curah hujan tinggi rentan memicu perubahan suhu air waduk.
"Penyebabnya diperkirakan adanya hujan deras di musim kemarau, sehingga kondisi air terjadi perubahan suhu yang begitu cepat. Sehingga mungin kondisi ikan tidak kuat dengan perubahan yang tiba-tiba tersebut," urainya.
Kondisi tersebut diperparah dengan kepadatan ikan yang sedang tinggi-tingginya. Pasalnya, bulan Juni kerap menjadi peak season bagi para petani karamba di wilayah Waduk Gajah Mungkur.
"Bulan Juni biasanya kondisi air sedang bagus-bagusnya, sehingga kepadatan ikan sedang tinggi. Biasanya kematian ini terjadi bulan Oktober-November pada saat pergantian musim, sehingga kalau memasuki bulan-bulan itu kita mulai lakukan penjarangan (kepadatan ikan). Kalau bulan Juni baru kali ini (terjadi kematian)," ungkap Sugiyanto.
(rih/mbr)