Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menjenguk warga di RT 18 RW 7 Desa Tijayan, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, yang merupakan zona merah. Kepada Ganjar, salah seorang warga yang sudah sembuh mengaku sebelumnya menjemput anak ke Kudus.
"Saya tidak tahu ketularan di mana. Tidak tahu, Pak, tapi saya pernah ke Kudus jemput anak," tutur Subkhan, salah seorang warga Desa Tijayan saat ditanya soal kemungkinan tertular COVID oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Rabu (16/6/2021).
"Anak saya mondok di sana. Saya di Kudus jemput terus balik," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat perjalanan pulang, papar Subkhan, dirinya sempat mampir ke warung untuk berbuka puasa di Semarang.
"Saya makan di Semarang, buka puasa tapi nyari yang sepi warungnya. Anak saya sudah sembuh sekarang tapi saat diperiksa pernah positif dan sekarang keluarga sudah baik semua," sambung Subkhan.
Kepada Ganjar Pranowo, Subkhan yang merupakan orang paling awal terkonfirmasi virus Corona di lokasi itu mengatakan saat ini dirinya sudah dinyatakan sembuh. Tapi kadang masih batuk.
"Batuk, Pak. Karena masih proses pemulihan. Batuknya kalau lama beraktivitas, tapi istirahat sebentar akan hilang dan sudah diobati," sambung Subkhan.
Ketua RW 7 Desa Tijayan, Suparno, yang juga positif Corona mengatakan dirinya awalnya demam. Selain demam juga disertai batu tidak berdahak tapi batuk kering.
"Saya demam, terus batuk kering lalu saya pusing, selanjutnya napas sesak pada sebelumnya tidak pernah. Tulang seperti dipukuli," ungkap Suparno pada wartawan usai dialog.
Kepada warga yang sudah sembuh, Ganjar mengatakan Corona di Kudus memang cepat menular. Ganjar meminta yang sembuh bercerita pada warga lain.
"Perjalanan dari Kudus, semua keluarga positif, saya minta cerita pada warga lain. Ternyata yang di Kudus itu gampang nular, titip agar semua warga taat pakai masker," kata Ganjar.
Bila mungkin, ungkap Ganjar, karena masih ada 17 orang yang positif di lokasi itu warga bisa bersepakat untuk pembatasan kegiatan. Misalnya ibadah di rumah dulu, kalau tidak penting tidak keluar dulu.
"Ibadah di rumah dulu, kalau tidak penting tidak keluar dulu. Belanja secukupnya dirapati maskernya, acara keramaian tidak dulu, masjid digunakan sosialisasi," pungkas Ganjar Pranowo.
(sip/mbr)