Tepat 15 tahun yang lalu Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diguncang gempa bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter. Pakar Geologi UPN 'Veteran' Yogyakarta mengajak warga refleksi sembari mengambil hikmah dari peristiwa tersebut.
Ketua Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN 'Veteran' Yogyakarta Jatmika Setiawan mulanya menjelaskan pemicu gempa 15 tahun lalu. Jatmika menyebut pemicu gempa itu terjadi karena salah satu gunung api pengganjal tumbukan pecah sehingga terjadi percepatan gerak lempeng Indo-Australia.
"Apa yang terjadi, terjadilah gempa besar di Bantul," katanya saat refleksi 15 tahun gempa Yogyakarta di Tugu Prasasti Episentrum Gempa Bumi Bantul tahun 2006, Pedukuhan Potrobayan, Kalurahan Srihardono, Kapanewon Pundong, Kabupaten Bantul, Kamis (27/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jatmika menyebut akibatnya jalur patahan Opak ini menjadi sangat aktif. Dia lalu mengibaratkan peristiwa ini dengan tiga barang yang sama diletakkan, kemudian diiris lalu disodok.
"Maka sebenarnya gaya itu akan dilewatkan pada kawasan-kawasan yang patahan itu. Sehingga pada saat terjadi gempa bumi itu karena sodokan lempeng Indo-Australia ke utara maka yang terjadi adalah gempa dangkal itu yang menyebabkan dahsyatnya gempa di Yogyakarta," katanya.
Dia menerangkan pusat gempa Yogyakarta kala itu berada di kedalaman 10 kilometer. Hasil tumbukan tersebut disebutnya membentuk gunung api aktif.
"Bayangkan 100 kilometer, 70 kilometer di utara kita kalau kita garis ke selatan maka di bawah Bantul itu sudah menjadi dangkal sekali," ujarnya.
"Nah itu yang menyebabkan percepatan gerak tadi menyangga Bantul secara keseluruhan menjadi getaran yang begitu hebat. Apalagi itu berlangsung 1 menit," imbuh Jatmika.
Tak dipungkiri dahsyatnya gempa yang terjadi 15 tahun silam itu merusak banyak bangunan maupun korban jiwa di Bantul. Di sisi lain, gempa itu juga memicu Gunung Merapi erupsi pada 2009-2010.
"Artinya bahwa gempa ini ternyata tidak hanya membawa petaka tetapi membawa rahmat. Apa saja rahmat-Nya? Pada saat 2006, gempa 2009-2010 Merapi diletuskan oleh Tuhan itu salah satu rahmatnya," ujarnya.
Jatmika pun mengajak masyarakat melihat dampak erupsi Gunung Merapi itu dari sisi positif. Salah satu contohnya, sungai mulai dari Magelang hingga Klaten dipenuhi pasir, kerikil hingga batu bahkan, hingga sekarang truk-truk yang mengambil pasir seakan tidak ada habisnya.
"Dan dengan gempa kuat maka minyak kembali dimatangkan, emas kembali dimatangkan," ucapnya.
Menurutnya, semua itu adalah dinamika bumi yang sejatinya telah dipersiapkan Tuhan untuk kehidupan manusia.
"Semua bahan yang ada di dalam bumi ini disiapkan oleh Tuhan untuk kehidupan manusia itu melalui yang disebut sebagai dinamika bumi salah satunya adalah gempa," tutur Jatmika.
(ams/mbr)