Polemik yang menyeret nama Ketua DPP PDIP Puan Maharani dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diduga bakal merembet ke pembentukan faksionalisme di lingkup internal PDIP. Meski begitu, sosok Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri pun dinilai sebagai sosok yang tak tergantikan di partai berlambang banteng bermoncong putih itu.
"Di bawah Bu Mega ini banyak faksional di PDIP. Itu terlihat dari konflik Mbak Puan dengan Pak Ganjar hari ini," kata Wakil Dekan Fisipol UGM Wawan Mas'udi saat dihubungi detikcom, Selasa (25/8/2021).
Wawan mengaku tak terlalu mengamati faksional yang ada di internal PDIP. Meski begitu, dia menyebut ketokohan Megawati masih menjadi sentral partai dan tidak tergantikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai pemersatu Bu Mega belum ada penggantinya di PDIP," sebut Wawan.
Wawan berpendapat sebagai Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebenarnya mewakili sosok kader partai dari akar rumput. Hal itu diperlihatkan Ganjar ketika berinteraksi dengan masyarakat.
"Pak Ganjar membangun gaya kepemimpinan visio problematik atau mencari solusi permasalahan dengan membangun komunikasi dengan semua kelompok masyarakat, sedangkan Mbak Puan adalah gaya kepemimpinan elite. Komunikasi yang dilakukan juga antar elite politik," tutur Wawan.
Wawan pun yakin Megawati bakal mengambil langkah taktis soal beda gaya kepemimpinan kedua tokoh ini. Terlebih Megawati sudah tokoh gaek di dunia politik dan memimpin PDIP.
"Karena hanya Bu Mega yang bisa mengelola konflik itu. Bu Mega pasti menyadari Ganjar adalah aset partai, karena meski Ganjar mampu membangun imej pemimpin lintas golongan, kelompok, beliau adalah kader ideologi PDIP," jelasnya.
Wawan menambahkan dengan kondisi faksional di PDIP tersebut, otomatis pergantian kepemimpinan di PDIP tidak mudah. Sosok Mega sampai dengan 2024 masih dibutuhkan PDIP.
"Belum ada figur yang mampu menggantikan Bu Mega. Karena di bawahnya ini bercabang banyak yang menimbulkan faksional di partai," ucap dia.
(ams/mbr)