Wacana impor beras 1 juta menuai polemik di masyarakat. Jika terealisasi, Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta petani tidak perlu panik karena hasil panen akan dibeli Pemda melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan harga standar.
Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan sektor pertanian merupakan salah salah satu sektor yang tidak terpuruk oleh adanya COVID-19. Untuk itu, dia menilai impor beras harus benar-benar sesuai peruntukannya.
"Jadi harapan kita tentu kalau pemerintah mau melakukan impor beras ya harus diperhitungkan betul jumlah impornya itu menutup kekurangan dari produksi dalam negeri," kata Aji saat ditemui wartawan di Kompleks Kantor Gubernur DIY, Kemantren Danurejan, Kota Yogyakarta, Senin (22/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan tidak memperhatikan produksi dalam negeri kemudian kebutuhan masyarakat dipenuhi semuanya dari impor," lanjut Aji.
Semua itu, kata Aji, agar masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai petani tetap mendapatkan untung dari menjual hasil panen beras. Selain itu juga agar tidak ada kelangkaan beras.
"Harapannya masyarakat tidak kesulitan mencari beras, tetapi petani juga masih mendapatkan keuntungan dari usahanya sebagai petani," ujarnya.
Dia melanjutkan, apabila pemerintah betul-betul melakukan impor beras saat musim panen dan membuat harga beras anjlok maka pihaknya siap membeli beras tersebut. Pasalnya Pemda DIY telah memberikan stimulus melalui gabungan kelompok tani (gapoktan).
"DIY sendiri kan sekarang ini sudah memberikan stimulus kepada para petani lewat gapoktan-gapoktan," katanya.
Sehingga nantinya tidak ada petani yang merugi akibat harga hasil panennya anjlok. Dia menyebut pihak yang akan membeli beras tersebut adalah Perusahaan Daerah (PD) Taru Martani.
"Jadi kalau ada panen raya dan itu harganya jatuh maka pak Gubernur (DIY) memberikan tugas tambahan kepada Taru Martani untuk bisa menampung beras itu dengan harga normal, harga standar," ujarnya.
"Berapa pun harga di pasar dibeli itu, tapi kalau dijual pasar lebih mahal silakan petani menjual ke pasar. Tapi kalau dijual di pasar lebih murah dan merugi silakan dijual ke Taru Martani dengan kriteria tertentu ya, karena ini yang dijual adalah gabah kering giling," lanjut Aji.
Perlu diketahui, PD Taru Martani adalah pabrik cerutu tertua di DIY. Namun, seiring berjalannya waktu saat ini didorong untuk mulai memperluas jaringan bisnis ke sektor ketahanan pangan di wilayah DIY.
"Nanti terus di Taru Martani dilakukan penggilingan, lalu Taru Martani sudah bekerja sama dengan pihak lain untuk membuang (menjual kembali) beras itu," imbuhnya.
(rih/ams)