Sebuah jenglot ditemukan di makam keramat di Desa Burikan Kecamatan Kota, Kudus. Dosen sejarah dan budaya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus menjelaskan tentang jenglot dan perannya selama ini di dunia perdukunan.
"Versi dunia perdukunan, jenglot ada dua versi satu makhluk jadi - jadian yang bisa disuruh majikannya untuk ditugasi mengantar hal magis atau guna - guna atau teluh. Kedua makhluk gaib beneran yang tidak makan nasi tapi makan darah," kata Dosen Sejarah dan Budaya di IAIN Kudus, Moh Rosyid saat dihubungi detikcom, Senin (1/3/2021).
Rosyid menuturkan jenglot sejenis dengan sebuah jimat namun lebih ke arah yang negatif. Kata dia jenglot biasanya digunakan untuk hal yang berhubungan dengan santet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Serumpun jimat tapi mengarah yang negatif, (biasanya) untuk santet, itu bagian dari dunia santet. Santet akan selalu eksis di era apapun. Karena manusia menggunakan imbas konflik yang tidak diselesaikan maka pelampiasannya dunia hitam," ujar Rosyid.
"Karena hal magis, benar secara magis. Adanya jenglot penanda dunia magis tetap semarak di era millenial pun," sambungnya.
Dia menjelaskan yang perlu digarisbawahi adalah dunia magis sampai saat ini masih ada. Menurutnya, manusia di era sekarang banyak kebutuhan dan tuntutan. Rosyid mengungkapkan, manusia yang tidak bisa mengatasi masalah tersebut akan melakukan pelampiasan melalui hal magis.
"Yang perlu digarisbawahi bahwa dunia magis selalu eksis sebatas manusia tidak mengatasi (permasalahan) dunia, semakin canggih, semakin banyak tuntutan dan karena kebutuhan," jelasnya.
"Dalam konteks agama kita harus mempercayai hal gaib. Kita harus mengimani ya. Dalam syariat islam seperti itu," lanjut Rosyid.
Lihat halaman selanjutnya
Saksikan juga 'Heboh Penangkapan Jenglot di Banyuwangi':