Ada Makam Kuno Sendirian di KRB Gunung Merapi, Siapa Dikubur di Situ?

Ada Makam Kuno Sendirian di KRB Gunung Merapi, Siapa Dikubur di Situ?

Achmad Syauqi - detikNews
Minggu, 28 Feb 2021 10:52 WIB
Makam Ki Hajar Merta Hyang Gatra di lereng Gunung Merapi
Makam kuno sendirian di lereng Merapi. (Foto: Achmad Syauqi detikcom)
Klaten -

Di kawasan objek wisata Deles Indah, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten ada sebuah makam kuno yang tak jamak. Makam itu hanya satu, terpencil dan berada di atas bukit di kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi.

Bukit tempat makam itu berada hanya berjarak sekitar 300 meter dari Pesanggrahan raja Surakarta Susuhunan Pakubuwono (PB) X di kawasan objek wisata Deles Indah. Jalan ke lokasi berada di tepi jurang dan hutan pinus yang menanjak dengan ketinggian 800-1300 m dpl menuju jalur pendakian Sapu Angin.

Persis di samping kanan pintu masuk kawasan wisata Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) bukit itu terletak di selatan Dusun Kembangan, Desa Sidorejo. Kuburan tunggal dengan cungkup makam itu dikelilingi pagar tembok.

Meskipun di sekelilingnya ditumbuhi rumput ilalang yang rapat, lokasi kompleks dalam makam relatif bersih. Tidak ada jalan khusus dan harus menyibak ilalang untuk mencapai puncak bukit dengan tinggi sekitar 25 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak ada papan nama makam atau keterangan berkaitan makam tersebut. Namun dari cerita yang berkembang. warga mengenal makam tersebut sebagai makam Mloyopati atau makam Ki Ajar Merta Hyang Gatra.

"Dikenal warga di sini sebagai makam Ki Ajar Merta Hyang Gatra. Hanya satu makam itu sejak dulu," tutur juru kunci makam, Marno Sumarmo (65) kepada detikcom di rumahnya, Minggu (28/2/2021).

ADVERTISEMENT

Diceritakan Marno, sosok Ki Ajar Merta menurut cerita ayah dan kakeknya adalah seorang kerabat Ki Ageng Mangir di masa Mataram. Ki Hajar lari menyelamatkan diri dari peperangan bersama seorang sahabatnya.

"Kedua orang itu lari dari peperangan. Satu di makamkan di Dusun Deles, satu di sini (Dusun Kembangan) dan dua orang ini bersahabat," lanjut Marno.

Menurut Marno, diduga keduanya lari saat perang Mangir dengan Mataram. Ki Ajar meninggal di lokasi dan tidak ada kaitannya dengan Pesanggrahan raja Pakubuwono (PB) X.

"Ini tidak ada kaitannya dengan Pesanggrahan PB X. Sebab jauh sebelum itu dan konon Ki Hajar ini prajurit," sambung Marno.

Selanjutnya: bagaimana kehidupan Ki Ajar?

Saksikan juga 'Tradisi Arak Gunungan di Patilasan Ki Ajar Bontit Kendal':

[Gambas:Video 20detik]



Ki Hajar, ucap Marno bukanlah seorang guru atau cikal bakal penduduk Deles dan sekitarnya. Ki Ajar tidak meninggalkan keturunannya di Kemalang.

"Tidak ada keturunannya disini. Hanya saja meninggalnya di sini, konon pati obong (bakar diri)," kata Marno.

Makam tunggal itu dulu, sambung Marno tidak dipagar tembok. Pembangunan pagar tembok baru dilakukan sekitar tahun 1990 an.

"Dulu hanya dipagar bambu. Tapi setelah ada warga dari Warungboto, Yogya datang ke makam kemudian dibangun," jelas Marno.

Makam itu, imbuh Marno, dijadikan ikon budaya dengan digelarnya kirab budaya hasil bumi di lokasi. Kirab setiap bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa dimulai dari Pesanggrahan ke makam.

"Kirab dulu rutin setiap Ruwah namanya kirab Wulu Pawetu. Saat acara tidak boleh di wilayah di atas makam, musik Hadrah harus di bawah lokasi makam, tapi setelah ada COVID kirab tidak diadakan," tambah Marno.

Selanjutnya: Berada di KRB, tapi tak pernah tersentuh erupsi Merapi

Saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010, ujar Marno, makam itu selamat dari terjangan awan panas. Awan panas hanya sampai di hutan Pinus seberang jalan dari makam.

"Banyak pohon Pinus di hutan perbatasan dusun hangus tapi awan panas tidak sampai di makam dan dusun. Padahal hutan Pinus hanya di seberang makam," pungkas Marno.

Purwanto, warga sekitar mengaku tidak tahu siapa yang dimakamkan di kuburan itu. Sejak kecil dirinya hanya tahu ada makam tunggal itu.

"Setahu saya ya makam itu cuma tunggal, itu uniknya. Siapa dan bagaimana yang dikubur di situ saya tidak tahu ceritanya," kata Purwanto kepada detikcom di desanya.

Sementara Kades Sidorejo, Gotot Winarso mengatakan legenda yang ada sejak dulu, makam itu dikenal sebagai makam Mlayapati atau makam Ki Ajar Merta Hyang Gatra. Prajurit yang melarikan diri.

"Jadi Ki Hajar ini dulu prajurit yang melarikan diri sampai ke Dusun Kembangan. Mendirikan padepokan di puncak Gunung Merapi," ungkap Gotot kepada detikcom.

Menurut Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemkab Klaten Yuli Budi Susilowati menurut catatan Dinas makam itu sudah masuk data tahun 2012. Makam itu dikenal sebagai makam Mlayapati.

"Itu makam Kiai Mlayapati dan terdata tahun 2012. Cuma sejarah makam itu tidak ada sejarah yang jelas, yang ada hanya legenda-legenda warga," jelas Yuli kepada detikcom.

Makam itu, ungkap Yuli, memang jadi ikon budaya warga sekitar. Kegiatan budaya semacam Sadranan kirab hasil bumi di sekitar makam.

"Even ya even Sadranan masyarakat sekitar. Kalau even besar belum ada dan itu data sementara yang kami dapatkan sejak tahun 2012," terang Yuli.

Halaman 2 dari 3
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads