Sekitar 40 rumah di Demak, Jawa Tengah, terdampak gelombang tinggi dan cuaca ekstrem. Akibatnya sejumlah warga harus mengungsi di tenda atau barak sementara dan tidak bisa melaut.
"Sekitar 40 KK yang lari, karena sebagian rumah warga yang rusak dan sebagian ada yang roboh," kata Ketua RW 1 Dukuh Bedono, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak, Rusipan, saat ditemui di barak pengungsian, Rabu (3/2/2021).
Rusipan menyebut gelombang tinggi dan cuaca ekstrem tersebut terjadi sejak 7 Desember 2020 lalu yang mengakibatkan sejumlah warga mengungsi. Selain itu, warga juga tak bisa bekerja yaitu melaut lantaran gelombang air laut yang tinggi hingga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusipan menuturkan, sejumlah warga mengungsi di dua barak sementara dan satu musala, sementara sebagian lagi mengungsi di rumah kerabatnya. Tenda yang berukuran 5x4 meter dari bambu dan terpal tersebut ditempati warga dengan 3 KK dan 4 KK.
Pantauan detikcom, sejumlah rumah sudah ditinggalkan penghuninya lantaran hancur dihantam ombak. Rusipan berharap selain bantuan sembako, pemerintah juga bisa membangun talut penahan ombak di wilayah tersebut. Menurutnya adanya talut bisa menjadi penahan ombak dan tak menghantam langsung rumah-rumah warga.
"Dengan adanya talut, warga bisa tenang menempati rumah. Adanya orang yang menempati di area ini (Dukuh Bedono) juga bisa menghambat hilangnya daratan dengan ikut merawat," jelasnya.
![]() |
Salah seorang warga terdampak, Paijah (56), mengatakan dirinya mengungsi di barak sementara bersama suami dan anak-cucunya, sebanyak 5 orang. Paijah menjelaskan terpaksa harus mengungsi lantaran gelombang laut dan angin kencang yang menghantam rumahnya.
"Rumah datu-satunya di sini. Kalau malam di sini (barak sementara). Kalau siang, saya balik ke rumah melihat kondisi rumah," ujar warga RT 3 RW 1 itu, saat ditemui di barak sementara yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.
Paijah mengatakan selama di tempat pengungsian dirinya beserta warga lain hanya bisa makan seadanya lantaran tidak bisa melaut.
"Ya seadanya (makan). Ini ada puhung (singkong godok) juga pemberian tetangga," ujarnya.
Kendati demikian, sejak gelombang tinggi dan angin kencang menerjang wilayah tersebut, Paijah mengaku sudah menerima sejumlah bantuan. Di antaranya selimut, tikar, dan mi instan.
Warga terdampak lainnya, Nur Rozi (50), mengatakan dirinya tak bisa melaut hingga saat ini lantaran gelombang air laut tinggi. Dia menyebut air laut di wilayah tersebut sekitar 3 meter.
"Ini tidak bisa bekerja (melaut), gelombangnya 3 meteran," ujar Rozi.
Rozi berharap kepada pihak terkait agar bisa mendapatkan bantuan sembako. Sebab dia dan warga lain yang terdampak gelombang tinggi air laut harus mengungsi dan tidak bisa bekerja.
Lihat juga video saat 'Gelombang 4 Meter di Perairan Selat Makassar, Kapal-kapal Menepi':