Volume kubah lava Gunung Merapi berkurang sekitar 82 ribu meter kubik. Hal itu berdasarkan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terhadap aktivitas pertumbuhan kubah lava 2021 yang saat ini berada di Lava 1997.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan volume kubah lava mencapai 157.000 m3 (meter kubik) pada tanggal 25 Januari 2021. Pada tanggal 28 Januari 2021, volume kubah lava menurun menjadi sebesar 62.000 m3.
"Volume kubah lava Merapi berkurang sebanyak 82.000 m3. Penyebabnya adanya aktivitas guguran dan awan panas," kata Hanik kepada wartawan, Senin (1/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanik menjelaskan kejadian awan panas pada 27 Januari lalu menjadi penyebab utama berkurangnya volume kubah lava. Selain itu, pasca kejadian awan panas itu laju pertumbuhan kubah lava juga semakin mengecil.
Diketahui, pada tanggal 27 Januari 2021 terjadi 52 kali awan panas guguran Gunung Merapi yang meluncur ke arah barat daya yaitu di hulu Kali Krasak dan Boyong. Berdasarkan laporan BPPTKG, hingga saat ini awan panas guguran telah terjadi sebanyak 97 kali dengan jarak luncur terjauh 3,5 kilometer.
"Pasca kejadian awan panas tanggal 27 Januari 2021, laju pertumbuhan kubah lava 2021 tercatat sebesar 4.000-5.000 m3 per hari. Laju pertumbuhan kubah lava ini relatif kecil dibandingkan kecepatan pertumbuhan kubah lava rata-rata Gunung Merapi yaitu sebesar 20.000 m3 per hari," jelasnya.
Lebih lanjut, Hanik menjelaskan bahwa Gunung Merapi dinyatakan telah memasuki masa erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021.
"Erupsi ini disebut erupsi efusif yaitu erupsi dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, guguran lava, dan awan panas guguran," jelasnya.
Ia juga menjelaskan, berdasarkan hasil pemantauan kubah lava 2021 Gunung Merapi, BPPTKG menyatakan belum terjadi perubahan ancaman bahaya.
"Potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer. Letusan eksplosif juga masih berpotensi terjadi dengan ancaman bahaya berupa lontaran material vulkanik dalam radius 3 kilometer dari puncak," pungkasnya.
(rih/sip)