Terungkap! Penyebab Tanah Gerak-Lahan 'Raib' Bak Ditelan Bumi di Pekalongan

Terungkap! Penyebab Tanah Gerak-Lahan 'Raib' Bak Ditelan Bumi di Pekalongan

Robby Bernardi - detikNews
Jumat, 18 Des 2020 18:59 WIB
Lahan pertanian di Blok Brandal, Dusun Bodas, Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, juga terdampak tanah gerak. Lahan pertanian itu amblas dengan kedalaman sekitar 10-15 meter, panjang 1,5 km dengan lebar amblas hingga 250 meter. Kondisinya saat ini berubah menyerupai aliran sungai.
Lahan pertanian yang amblas di Kabupaten Pekalongan. (Foto: Robby Bernardi/detikcom)
Kabupaten Pekalongan -

Bencana tanah bergerak yang terjadi di Desa Bodas, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah menyebabkan rumah warga rusak dan 5 hektare lahan amblas. Apa penyebabnya?

Hasil kajian sementara dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah Wilayah Serayu Utara menunjukkan bencana tanah gerak di lokasi tersebut akibat curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi ini menyebabkan gaya pendorong lebih besar dari gaya penahannya pada tanah di lokasi tersebut.

Kepala Cabang Dinas ESDM Wilayah Serayu Utara, Suhardi, menjelaskan pada lokasi terjadinya bencana tanah bergerak tersebut, secara geologi dikontrol oleh struktur patahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Litologinya memang tersusun dari batu pasir tufaan, konglomerat, napal dan batu lempung kemudian bidang gelincirnya memang licin dan kedap air. Sehingga, bila terjadi hujan terus menerus air akan membebani litologi di atas bidang gelincir yang licin dan tidak kuat penahan di bawahnya (kurangnya batuan keras atau tumbuhan yang kuat dapat menahan beban di atasnya karena berupa permukiman dan persawahan) akan mengakibatkan tanah bergerak," kata Suhardi kepada detikcom, Jumat (18/12/2020).

Pergerakan tersebut, kata Suhardi, akan terus berjalan hingga akhirnya akan mencapai titik kestabilan sendiri. Jika sudah stabil, maka tanah akan berhenti bergerak dengan sendirinya.

ADVERTISEMENT

Lalu, berapa lama tanah akan stabil?

"Tergantung kondisinya. Kalau dia sudah mencapai titik stabil dia tidak bergerak lagi. Kalau sudah keurug semua dan padat, ya sudah, stabil," katanya.

Kepala Cabang Dinas ESDM Wilayah Serayu Utara, Suhardi.Kepala Cabang Dinas ESDM Wilayah Serayu Utara, Suhardi. (Foto: Robby Bernardi/detikcom)

Dengan kondisi rumah amblas, retak-retak dan jalan desa juga terjadi rekahan tanah, Suhardi menyarankan agar warga langsung menutup rekahan tanah tersebut, agar tidak memperparah kondisi rekahan. Apalagi, intensitas hujan saat ini masih tinggi.

"Perlu segera ditutup (rekahan). Karena saat terjadi hujan, air akan masuk ke bawah. Jika air masuk lagi, nanti di bawah akan terjadi akumulasi air, sehingga tanah banyak mengandung air yang akan membebani material di atas bidang gelincir yang licin. Kebetulan di lokasi kemarin, lerengnya tidak begitu terjal sehingga pergerakan tanahnya lambat (bersifat merayap),"jelasnya.

"Jika air masuk ke rekahan, akibatnya air membebani struktur tanah yang menggembur, ya sehingga terus-menerus tidak kuat akhirnya bergerak ke bawah," lanjut Suhardi.

Ini dia yang harus dilakukan oleh warga di area bencana tanah bergerak...

Pihaknya meminta untuk menutup semua rekahan yang ada dan membuatkan jalur air tersendiri agar air tidak masuk ke dalam rekahan-rekahan tersebut. Dia menegaskan jangan sampai air hujan bisa masuk ke dalam rekahan-rekahan tanah.

"Mengatur aliran air dari atas ke bawah. Itu mengalihkan, jangan sampai masuk ke rekahan-rekahan," sarannya.

Suhardi juga berharap agar warga senantiasa waspada dan memantau pada EWS sederhana yang telah dipasang di empat titik yang rawan.

Jika terjadi hujan terus menerus dan terjadi perubahan pada EWS, warga harus segera meninggalkan lokasi permukiman menuju ke titik yang lebih aman atau penampungan yang telah disiapkan oleh pemerintah desa setempat.

"Tetap waspada pada saat hujan turun, kalau intensitas tinggi kami sarankan untuk segera meninggalkan lokasi, menuju ke lokasi yang lebih aman atau tempat penampungan yang telah disiapkan," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, usai diguyur hujan selama beberapa hari, terjadi pergerakan tanah di Desa Bodas, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan. Total luas tanah yang terdampak bencana tanah bergerak di Desa Bodas ini mencapai 29,5 hektare. Dari luas tersebut, 27 hektare di antaranya merupakan lahan pertanian dan 2,5 hektare sisanya merupakan permukiman warga.

Terdapat 5 hektare lahan pertanian di Blok Brandal yang amblas 'raib' bak ditelan bumi. Lokasi tersebut kini bak sebuah sungai besar dengan kedalaman 10-15 meter yang memanjang.

Sebelumnya, daerah itu telah diguyur hujan sejak Jumat (11/12). Hingga akhirnya warga di desa itu menyadari adanya penurunan tanah pada Minggu (13/12).

Warga yang panik langsung menyelamatkan hewan-hewan ternak yang berada di kandang sekitar lokasi kejadian. Hingga akhirnya amblasnya lahan itu diketahui Senin (14/12) pagi.

Halaman 2 dari 2
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads