Bencana tanah gerak yang terjadi di Desa Bodas, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, meluas. Rumah yang terdampak akibat bencana tanah gerak berjumlah 100 rumah, dengan warga terdampak 409 jiwa.
"Betul, ada retakan tanah lagi. Saat ini yang terdampak 100 rumah, sebelumnya 95," kata Kepala Desa Bodas, Wasgito, kepada detikcom, Rabu (16/12/2020).
Menurutnya, pergerakan tanah yang meluas ini, mulai terjadi sejak kemarin sore hingga tengah malam. Bahkan, dari empat EWS yang terpasang oleh petugas ESDM wilayah Serayu Utara, satu di antaranya ikut bergerak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena intensitas hujan masih tinggi, pergerakan tanah terus terjadi sejak Selasa sore hingga malam. Satu alat kawatnya kendor karena pergerakan tanah," lanjutnya.
EWS yang berubah posisi ini, kata Wasgito, berada di bawah permukiman warga. Alat tersebut dipasang oleh petugas ESDM wilayah Serayu Utara, kemarin sore.
Sebagai antisipasi adanya pergerakan tanah kembali, warga diimbau untuk segera meninggalkan rumahnya dan mengungsi di posko bencana jika ada pergerakan tanah susulan. Terdapat tiga posko terkait bencana ini yakni di masjid, balai desa, dan gedung sekolah.
"Untuk menampung warga bila terjadi gerakan tanah susulan. Semoga tidak terjadi," katanya.
Dia menjelaskan, terpantau hingga petang ini tidak ada pergerakan tanah susulan. Namun dia meminta warganya untuk tetap waspada.
"Kita tingkatkan patroli apalagi masih terjadi hujan," tambahnya.
Wasgito melanjutkan hingga saat ini total tanah yang terdampak bencana tanah bergerak di wilayahnya mencapai sekitar 29,5 hektare. Luasan itu terdiri dari 27 hektare lahan pertanian dan 2,5 hektare permukiman warga.
Diberitakan sebelumnya, akibat intensitas hujan yang tinggi sejak Jumat (11/12) hingga Senin (14/12), terjadi bencana tanah gerak di lahan pertanian dan permukiman di Desa Bodas, Kabupaten Pekalongan. Lahan pertanian amblas sedalam 10-15 meter dengan lebar sekitar 250 meter dan panjang 1,5 km.
Tanah bergerak juga membuat puluhan rumah warga retak-retak, terutama lantai dan dinding. Bahkan, sejumlah rumah semi permanen miring akibat tanah amblas tersebut. Kementerian ESDM telah mengkaji dan memasang Early Warning System (EWS) di empat titik lokasi di rekahan tanah yang bergerak di lokasi tersebut.