Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan hari ini, tak lepas dari mengenang dan meneladani kepahlawanan para pejuang bangsa. Termasuk di antaranya seorang pahlawan bernama Soegiarin, figur yang berjasa di bidang jurnalistik dengan menyebarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kepada penjuru dunia dengan kisahnya yang heroik.
Pahlawan kelahiran Grobogan, Jawa Tengah pada 13 Juli 1918 itu merupakan seorang jurnalis dengan kemampuan sebagai markonis atau penyiar berita morse. Ia meninggal di Jakarta 2 November 1987. Jasadnya dimakamkan di Pemakaman Bergota, Semarang sesuai dengan wasiatnya.
Adik Soegiarin, Soegiarno (91), menceritakan kisah tentang sang kakak. Soegiarno mengenang kakaknya mempelajari morse di sekolah pelayaran Belanda di Surabaya. Sedangkan ilmu jurnalistiknya diperoleh saat bergabung dengan media cetak berbahasa Belanda di Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekolah pelayaran dari situ bekerja di surat kabar Belanda. Perusahaan Belanda di Surabaya, kemudian dipindah ke Jakarta," kata Soegiarno kepada wartawan di makam Soegiarin, Senin (9/11/2020).
Di Jakarta, Soegiarin bekerja sebagai jurnalis Berita Domei di bawah pimpinan Adam Malik. Soegiarin memberitakan kabar kemerdekaan Indonesia melalui mesin komunikasi sandi morse juga atas perintah Adam Malik.
![]() |
"Pak Soegiarin dihubungi Adam Malik, 'jangan pergi-pergi ya nanti siarkan berita penting'. Jam 10 dapat teks itu (proklamasi). Tidak gampang masuk ke kantor Domei karena dijaga ketat Kempetai (polisi militer Jepang). Tapi Mas Giarin bisa masuk di kamar sender, memanasi (mesin pengirim) itu untuk menyiarkan, 'titititititi', pakai morse," ujarnya.
Kala itu Jepang memang berupaya menutup akses komunikasi agar berita tentang perang tidak tersebar termasuk soal pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Namun kantor berita Domei berhasil memberitakan, termasuk menyampaikan soal Proklamasi Kemerdekaan RI.
"Yang menerima berita Indonesia itu sampai ke Amerika, Inggris, Australia. Bahwa Indonesia sudah merdeka. Keberaniannya Mas Garin masuk kantor Domei, sempat ditahan itu semalam sama Jepang," katanya.
Sampai saat ini memang belum ada pengangkatan Soegiarin sebagai pahlawan atau pemberian jasa. Namun ternyata Soegiarin memang sempat mengatakan kepada adiknya kalau ia ikhlas berjuang.
"Saya ingat pesan waktu dia mengurus pensiunnya saat pembentukan kabinet pertama Pak Harto. Mas Rin bisa diangkat pahlawan? 'Ah ndak, saya biasa aja lah di makam umum kalau bisa'," ujar Soegiarno mengenang percakapannya dengan sang kakak.
(sip/mbr)