Longsor terjadi di sejumlah titik di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara mencatat ada 14 titik longsor akibat hujan lebat kemarin.
Meski tidak ada korban jiwa, namun ada 14 rumah warga yang rusak akibat tanah longsor yang terjadi pada Minggu (25/10). Selain itu, material longsor juga sempat menutup akses jalan.
Kepala Seksi (Kasi) Logistik BPBD Banjarnegara Agus Haryono mengatakan, sebagian titik longsor itu terjadi di permukiman warga. Sehingga tercatat ada 14 rumah warga yang rusak tertimpa material tanah longsor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam sehari ada 14 titik tanah longsor, 8 di antaranya terjadi di permukiman hingga menyebabkan rumah warga rusak. Misalnya di Desa Sinduaji ada 5 rumah warga rusak, Giritirta 1 rumah rusak, Gununggiana 2 rumah rusak, Sigeblug 4 rumah retak-retak dan Desa Kelapa 1 rumah rusak," kata Agus saat ditemui di kantor BPBD Banjarnegara, Senin (26/10/2020).
Saat ini, korban bencana tanah longsor mengungsi sementara di tempat yang lebih aman. Para korban memilih mengungsi di rumah saudaranya.
"Rata-rata mengungsi di rumah saudaranya. Jadi belum ada sampai ada posko pengungsian. Kalau dari sisi logistik, kami sudah menyiapkan bantuan. Pertama makanan dan kemudian bantuan untuk bangunan rumah sesuai tingkat kerusakan. Kalau rusak ringan Rp 2 juta, rusak sedang Rp 4 juta dan rusak berat Rp 7,5 juta," ujarnya.
![]() |
Selain di permukiman warga, longsor juga terjadi di ruas jalan. Namun, saat ini akses jalan sudah kembali normal. Mengingat petugas dan relawan langsung membersihkan material tanah longsor.
"Kalau yang di ruas jalan itu seperti di jalan di Desa Mlaya, Bendawuluh, Wirasari, Banjarmangu, Aribaya dan Pasuruhan. Sekarang semuanya sudah bisa dilalui," terangnya.
Perihal masih tingginya intensitas hujan di Banjarnegara, pihak BPBD terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak. Termasuk desa tangguh bencana (Destana), relawan dan organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya.
Selain itu, BPBD juga membentuk posko relawan untuk siaga 24 jam. Nantinya, tim relawan ini akan langsung bergerak ke lokasi kejadian jika terjadi bencana.
"Kalau yang sudah ada bekal rescue para relawan langsung ke lokasi kejadian. Tetapi kalau yang tidak bertugas sebagai penghubung komunikasi antar stake holder," jelasnya.
Relawan dan Desatana juga diminta untuk ikut memberikan sosialisasi kepada warga perihal kebencanaan. Misalnya dengan mengenali tanda-tanda tanah longsor.
"Jadi untuk warga juga harus siaga terutama yang tinggal di daerah rawan. Mereka harus mengenal tanda-tanda tanah longsor. Seperti pohon mulai miring, muncul mata air baru yang cenderung keruh. Kalau sudah seperti itu segera lapor ke pemerintah desa," paparnya.
Simak juga video 'Antisipasi Pemerintah Atasi Bencana Hidrometeorologi di Masa Pandemi Corona':