Demo tolak UU Omnibus Law Cipta Kerja di depan Gedung DPRD DIY berlangsung ricuh. Para pedagang kaki lima (PKL) di sekitar Malioboro pun memilih menutup lapaknya.
Para PKL memilih tutup lapak karena takut jadi sasaran massa. Salah seorang di antaranya, Sumiati (47), pedagang kerajinan khas Yogyakarta tak mau dagangannya dirusak massa demo tolak Omnibus Law.
"Takut mas, selain itu sepi juga karena tidak ada yang beli," kata Sumiati saat ditemui di Malioboro, Yogyakarta, Kamis (8/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumiati berharap para peserta demo Omnibus Law ini lebih tertib. Warga Patangpuluhan, Yogyakarta ini pun mendukung massa menyuarakan aspirasinya asalkan dengan tertib.
"Demo nggak apa apa, tapi jangan kayak gini. Karena kalau gini kita juga yang rugi tidak bisa berjualan. Tutup lebih awal," keluhnya.
Senada dengan Sumiati, Jefry juga mengaku menutup lapak jam tangannya. Jefry mengaku menutup lapaknya setelah ada imbauan dari Koordinator PKL Malioboro.
"Saya ikut yang lain-lain saja, karena tutup ya saya ikut tutup," ujar Jefry.
![]() |
Baca juga: Halte Bus Trans Jogya Rusak Massa Demo |
Diberitakan sebelumnya, demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja di depan gedung DPRD DIY berujung ricuh. Terpantau sebelumnya terjadi dua kali ricuh di lokasi tersebut.
Terdapat beberapa kerusakan dalam aksi itu. Di antaranya Halte bus Trans Jogja yang berada di depan Hotel Inna Garuda atau Halte Malioboro 1 dirusak massa. Tak hanya itu, halte bus Trans Jogja itu juga penuh dengan coret-coretan makian.
Kaca halte tersebut juga terlihat pecah. Tak hanya itu massa juga mencoreti kaca halte Malioboro 1 itu dengan tinta warna merah dan hitam.
(ams/sip)