Sebanyak 63 sekolah dari TK-SD-SMP di Sragen memulai pembelajaran atau sekolah tatap muka hari ini. Prosesnya akan dievaluasi selama sepekan.
"Dari data kita, dari 63 sekolah yang kita tunjuk untuk menyelenggarakan sekolah tatap muka, secara keseluruhan ada 91 persen orang tua yang menghendaki sekolah tatap muka, sisanya tidak," ujar Kepala Dinas Pendidikan Sragen Suwardi saat dimintai konfirmasi wartawan di Sragen, Senin (31/8/2020).
Menurutnya, pihaknya sejak awal memang tidak pernah mewajibkan siswanya untuk sekolah tatap muka. Dia memastikan para siswa yang tetap ingin belajar online tetap dilayani dengan baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang itu kan sudah pilihan. Anak yang orang tuanya belum membolehkan, ya (belajar) daring. Nggak masalah, kita harus melayani semua," jelasnya.
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menambahkan, Pemkab Sragen akan mengevaluasi pembelajaran tatap muka dalam sepekan ini. Dari hasil evaluasi akan diputuskan apakah pembelajaran akan dilanjutkan atau justru disetop.
"Kita lihat dalam waktu sepekan ini sebelum kita putuskan. Apakah ini mau kita lanjutkan, apakah mau kita off-kan hingga nanti situasi membaik misalnya, apakah nanti bulan Desember, atau awal tahun seperti yang dilakukan kabupaten lain," ujar Yuni, sapaan akrabnya.
Yuni melanjutkan sekolah tatap muka hari ini merupakan upaya sampling, sambil melihat dalam penerapan protokol kesehatan di tiap sekolah. Dirinya mengaku tidak mengesampingkan kekhawatiran orang tua menilik kondisi COVID-19 di Sragen yang cenderung meningkat.
"Anak-anak ini kita tanya satu per satu senang belajar tatap muka. Tapi kekhawatiran orang tua dan saya pribadi dengan kondisi sekarang ada rasa was-was juga. Maka saya minta dalam waktu sepekan ini dievaluasi betul dan baru nanti kita ambil kebijakannya," tegasnya.
Diwawancara terpisah, Kepala SMP Negeri 1 Sragen Wiyono, menjelaskan pelaksanaan sekolah tatap muka berlangsung cukup lancar. Pihak sekolah menerapkan protokol ketat sejak para siswa memasuki gerbang sekolah.
"Alurnya dari masuk gerbang kita cek suhu, setelah itu siswa wajib cuci tangan sebelum diperbolehkan masuk kelas. Semua alur kita awasi ketat," kata Wiyono kepada detikcom di sekolah.
Untuk mencegah kerumunan, lanjutnya, para siswa diberikan jadwal masuk yang berbeda. Untuk kelas 7, masuk sekolah mulai pukul 7.00 WIB, kelas 8 masuk pukul 7.30 WIB dan kelas 9 masuk pukul 8.00 WIB.
"Siswa yang masuk hanya separuh, sehingga jarak bangku bisa diatur berjauhan. Istirahat tetap di kelas karena mereka diminta bawa bekal sendiri," jelas Wiyono.
Wiyono mengakui, masih cukup banyak orang tua yang belum mengizinkan anaknya masuk sekolah. Pihaknya memastikan, siswa tersebut akan tetap dilayani dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Kita buat angket dulu dengan google form, siapa orang tua yang mengizinkan (sekolah tatap muka) dan siapa yang menghendaki tetap daring. Hasilnya 70,2 persen mengizinkan, sisanya menghendaki online," terangnya.
Hal serupa terjadi di SD Negeri 4 Sragen. Menurut pihak sekolah, jumlah orang tua yang belum mengizinkan anaknya sekolah tatap muka masih tergolong tinggi.
"Dari angket yang kami berikan ke orang tua, ada 400-an yang setuju anaknya sekolah tatap muka. Sedangkan yang tidak setuju ada 200-an orang tua," kata Humas SD Negeri 4 Sragen, Joko Kusmendi.