Berita Duka, Seorang Dokter Ahli Bedah di Yogya Wafat Positif Corona

Berita Duka, Seorang Dokter Ahli Bedah di Yogya Wafat Positif Corona

Jauh Hari Wawan S. - detikNews
Senin, 24 Agu 2020 14:02 WIB
Seorang dokter ahli bedah di Yogyakarta meninggal positif COVID-19, konferensi pers digelar di RSUP dr Sardjito, Sleman, Senin (24/8/2020).
Foto: Seorang dokter ahli bedah di Yogyakarta meninggal positif COVID-19, jumpa pers digelar di RSUP dr Sardjito, Sleman, Senin (24/8/2020). (Jauh Hari Wawan S/detikcom)
Sleman -

Seorang dokter di salah satu rumah sakit Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meninggal dunia usai dinyatakan positif virus Corona atau COVID-19. Dokter tersebut meninggal dunia pada Minggu (23/8) lalu dalam perawatan medis di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

"Pasien ini memang seorang ahli bedah yang dirawat di Rumah Sakit Sardjito. Akan tetapi beliau bukan dokter di Sardjito melainkan di luar Sardjito. Tapi karena sakit dirawat di Sardjito," kata Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto saat ditemui di RSUP Dr Sardjito, Sleman, Senin (24/8/2020).

Rukmono mengaku tidak bisa memberi konfirmasi terkait apakah dokter tersebut merupakan dokter yang menangani pasien virus Corona atau bukan. Sebab, kata Rukmono, RSUP Dr Sardjito tidak memiliki wewenang terkait informasi tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu bukan wewenang kami. Kami tidak bisa menjawab (pasien itu menangani Corona atau tidak)," ucapnya.

Ketua Tim Airbone Disease RSUP Dr Sardjito Ika Trisnawati menambahkan pasien tersebut masuk ke RSUP Dr Sardjito pada 14 Agustus lalu. Status dokter tersebut sudah dinyatakan positif COVID-19.

ADVERTISEMENT

Simak juga video 'Dokter Ortopedi di Surabaya Meninggal Terpapar Covid-19':

[Gambas:Video 20detik]



"Tanggal 14 Agustus masuk terkonfirmasi (Corona). Kami memintakan data tapi sebelum masuk rumah sakit sudah terkonfirmasi (Corona). Baru satu atau dua hari setelah sudah terkonfirmasi lalu dibawa ke Sardjito," kata Ika.

Selang dua hari, lanjutnya, pasien tersebut kemudian dipindahkan ke ruangan khusus dan kondisinya masih baik. Namun pasien tersebut memiliki komorbid atau penyakit penyerta tanpa menyebut penyakit penyertanya.

"Jadi karena beliau memang memiliki beberapa cukup banyak komorbid atau penyakit penyerta sehingga pemantauan tersebut disegerakan tidak menunggu kondisi memburuk," katanya.

"Sudah kami berikan sejak awal tapi karena kondisi komorbid itu tadi perburukan bisa terjadi dengan cepat ada satu atau dua komorbid bisa mempengaruhi, apalagi ada banyak," tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(sip/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads