Dukung Gerakan Kotak Kosong di Solo, Budayawan: Karena Ada yang Salah

Dukung Gerakan Kotak Kosong di Solo, Budayawan: Karena Ada yang Salah

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Jumat, 07 Agu 2020 21:27 WIB
Ilustrasi visual Pilkada Solo karya Andi Setiawan
Gerakan Kotak Kosong di Pilkada Solo (Foto: Dok. Andi Setiawan)
Solo -

Munculnya gerakan kotak kosong di Solo, salah satunya digencarkan oleh networker kebudayaan, Halim HD. Menurutnya, ada sistem yang salah dalam demokrasi sehingga Pilkada Solo 2020 berpotensi memunculkan calon tunggal.

Halim mengingatkan bahwa kotak kosong bukanlah main-main. Belajar dari Kota Makassar, kotak kosong bisa menjadi momok bagi peserta calon tunggal.

"Saya setahun lalu aktif di Makassar, saya dukung kotak kosong. Di sana beberapa seniman yang saya kenal ikut menyuarakan itu," kata Halim saat ditemui detikcom di Solo, Jumat (7/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebetulan di Makassar itu sukses. Gerakan disebarkan lewat WA. Dan bayangkan, calon yang didukung partai-partai itu kalah dengan kotak kosong," ujar dia.

Halim menilai kemenangan kotak kosong bukanlah tujuan utama. Namun kotak kosong disebut sebagai isyarat bahwa ada sistem demokrasi yang salah di Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Tujuannya bukan kemenangan, tetapi adanya gerakan kotak kosong, golput, itu adalah isyarat bagi elite bahwa harus dibenahi. Harus ada aturan tentang dinasti politik," kata dia.

Tonton video 'Aktivis Solo Kampanyekan 'Kotak Kosong' untuk Lawan Gibran-Teguh':

[Gambas:Video 20detik]



Saat ini gerakan kotak kosong di Solo, kata Halim, memang masih bersifat spontan. Namun Halim berharap sejumlah aktivis dapat mengorganisasi gerakan agar semakin masif.

"Memang pastinya ada yang spontan. Tapi harapan saya teman-teman itu berapapun jumlahnya bisa terus memberi isyarat demokrasi yang salah," ujar Halim.

Halim HDHalim HD (Foto: Bayu Ardi/detikcom)

Halim yang sempat tinggal beberapa tahun di Amerika Serikat, mengaku belajar banyak dari perpolitikan warga di sana. Bahkan gerakan golput di negeri Paman Sam itu dianggap sudah biasa.

"Di negara demokrasi seperti Amerika saja, gerakan golput itu sudah wajar. Karena mereka melihat itu sebagai bentuk demokrasi juga, sebagai isyarat bahwa ada sistem yang tidak beres. Ya harapannya ke depan Indonesia bisa seperti itu," tutupnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads