Penemuan puluhan kilogram perhiasan serta benda-benda dari emas dan perak di Klaten pada 1990 silam masih menarik diulas. Dari kesaksian para penemunya, sejumlah fakta terungkap di balik penemuan spektakuler tersebut.
1. Ditemukan 6 petani pada Oktober 1990
Enam orang yang berprofesi petani menggali tanah uruk menemukan empat guci yang berisi perhiasan dan berbagai benda terbuat emas serta perak pada 17 Oktober 1990. Lokasi penemuan saat itu berupa sawah di Desa Wonoboyo, Kecamatan Jogonalan, Klaten. Empat guci tersebut terdiri dari dua guci kecil dan dua guci besar. Temuan itu membuat heboh warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keenam orang penemu harta karun itu yakni Widodo, Wito Lakon, Hadi Sihono, Surip, Sumarno, dan Sudadi. Mereka langsung melaporkan temuan itu kepada pemerintah desa.
2. Para petani Penemu Harta Karun Dihadiahi Rp 18 Juta
Atas temuan spektakuler itu, enam orang penemunya saat itu menerima penghargaan dari pemerintah berupa uang masing-masing Rp 18 juta pada tahun 1991. Para penemu mengungkap uang yang diterimanya saat itu dibelikan tanah dan membangun rumah.
"Uang sekitar Rp 18 juta diserahkan saat peresmian rehab candi di Prambanan. Saya gunakan membeli tanah sampai sekarang masih ada," ujar salah seorang penemu, Surip.
![]() |
3. Ada Cahaya Misterius Sebelum Penemuan Harta Karun
Sudadi mengaku sempat melihat cahaya atau ndaru di langit sebelah timur desa sebelum dia dan teman-temannya menemukan puluhan kilogram emas. Cahaya itu dilihatnya pada dini hari. Sudadi menyebut dia tak punya firasat apapun usai melihat cahaya itu.
4. Warga Rasakan Hawa Tak Enak dari Harta Karun Itu
Widodo mengungkap dia merasakan hawa tak enak dari benda-benda yang ditemukannya saat itu. Dia dan teman-temannya saat itu merasa takut sehingga langsung melaporkannya kepada pemerintah desa.
"Gampangnya masih ada perbawa (aura) barang itu. Hawa barang itu tidak enak, mungkin karena buatan zaman dulu dan kami tidak berani," ujar Widodo saat berbincang dengan detikcom, Rabu (29/7).
5. Tanah di Sekitar Lokasi Temuan Emas Terasa Panas
Salah seorang penemu, Surip (70) mengaku sempat menggunakan tanah uruk yang diambil dari lokasi penemuan harta karun itu untuk halaman rumahnya. Dia mengungkap tanah tersebut terasa panas.
"Tapi tanahnya (yang diambil di lokasi temuan emas) panas. Tanahnya pasir halus kemerahan lalu saya taruh (di) halaman (rumahnya)," ujar Surip kepada detikcom, Rabu (29/7).
6. Berat Harta Karun Emas Beratnya Puluhan Kilogram
Kades Wonoboyo Kecamatan Jogonalan, Supardiyono mengungkap barang berharga yang ditemukan di wilayah itu 30 tahun silam beratnya mencapai puluhan kilogram.
"Barang aslinya di Museum Nasional. Ada yang bilang 30 kg, ada 27 kg ada 35 kg dan di beberapa literatur berbeda dan itu yang hanya wujud emas saja, sedangkan perak dan tembaga tersebar tidak dihitung," tuturnya kepada detikcom, Minggu (26/7).
Diwawancara detikcom secara terpisah pada Senin (27/7), Pamong Budaya Madya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng Deny Wahju Hidajat menyebut temuan di Desa Wonoboyo itu terdiri dari berbagai jenis benda. Di antaranya kelat bahu, gelang, hingga mahkota. Benda-benda itu, kata Deny, digunaka sebagai perhiasan hingga alat upacara.
7. Lokasi Penemuan Diduga Bekas Permukiman Pejabat Kerajaan
Pamong Budaya Madya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng Deny Wahju Hidajat mengungkap diduga lokasi penemuan harta karun itu dulunya merupakan permukiman pejabat kerajaan.
"Iya permukiman kuno. Dimungkinkan juga (permukiman) pejabat kerajaan," ujar Deny kepada detikcom, Senin (27/7).
Hal itu jadi dugaan karena ada batu bata dan blok batu kapur di lokasi penemuan harta karun ini. Selain itu, Deny mengungkap diduga temuan itu berkaitan dengan situs candi di Desa Dompyongan, Klaten.
8. Harta Karun Disimpan di Museum Nasional sebagai Masterpiece
Pamong budaya madya BPCB Jateng, Deny Wahju Hidajat mengungkap perhiasan-perhiasan itu kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda-benda itu, kata Denny, diduga merupakan peninggalan masa Mataram Kuno abad 8-9 M.
"Tidak cuma temuan besar di Jateng. Temuan emas di Wonoboyo yang disimpan di Museum Nasional Jakarta itu jadi masterpiece," ujar Denny kepada detikcom, Senin (27/7).