Masjid Al Karomah di Demak Jawa Tengah diduga dibangun dengan batu bata dari permukiman penduduk zaman peradaban Buddha. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Glagah Wangi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Demak, Ahmad Widodo, menyebut batu bata untuk membangun masjid tersebut dari temuan batu bata areal persawahan Jatirogo.
"Batu bata yang digunakan pembangunan masjid itu (Masjid Al Karomah) diambil dari wilayah Sawah Jatirogo. Jadi temuan batu bata di area itu luas, ini saya anggap dulu permukiman orang-orang Buddha. Zaman sebelum kerajaan Demak ada," jelas Widodo di Museum Glagah Wangi Demak, Jalan Raden Fatah, Kamis (30/7/2020).
Batu bata tersebut, jelas Widodo, bentuknya sama dengan yang ditemukan pada 2019 lalu di Desa Tridonorejo dan diduga berasal dari permukiman penduduk Buddha di masa lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ia menjelaskan, masjid ini hampir tak dibahas di buku sejarah manapun. Warga sekitar juga tak mengetahui persis kapan masjid itu dibangun. Widodo lalu mengungkap ada dua versi cerita yang dipercaya oleh tokoh masyarakat atau sesepuh desa setempat tentang Masjid Al Karomah.
"Versi pertama, masjid tersebut diluruskan oleh Kanjeng Sunan Kudus, sehingga masjid tersebut disebut Masjid Bener. Sementara versi kedua, yakni di waktu Kanjeng Sunan Kalijaga naik perahu, pas nyampai di situ beneri salat zuhur. Terus salat di situ. Karena beneri atau barengi," tuturnya.
Widodo menjelaskan, Demak merupakan Kota Wali karena para wali berkumpul di Demak pada masa Prabu Brawijaya. Hal ini berkaitan dengan banyaknya artefak, bangunan masjid dan langgar di Demak.
Seperti halnya Kecamatan Bonang, lanjutnya, di tempat tersebut terdapat nama desa yang berkaitan dengan Wali Songo. Selain itu, ada Desa Poncowati di kecamatan itu yang diambil dari nama putra Sunan Kudus yang ditulis di buku Babad Demak.
Tonton video '3 Rumah Panggung dan 1 Kios di Sulsel Dilahap Si Jago Merah!':