Titik (20), warga Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah selama dua tahun mendapat teror kiriman paket barang yang belum dibayar dan dialamatkan kepadanya. Berikut penuturan sang ayah Titik, Sunari.
Menurut Sunari, adanya paketan barang yang tidak pernah dipesan itu memang benar-benar terjadi dan membuat anaknya stres.
"Saya tahu sendiri setelah sudah di rumah dan paketan barang itu datang terus-menerus. Anak saya sampai stres dan ingin bunuh diri karena nggak kuat dengan teror itu," kata Sunari saat ditemui detikcom di rumah pendampingan Titik, Jumat (24/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, Sunari sendiri pernah menerima antaran paketan berupa pisang satu truk dari Lampung. Sunari kemudian menemui pengantar barang dan menolak paketan tersebut.
"Saya tolak karena anak saya nggak pernah pesan dan pengantar sempat marah-marah karena merasa ditipu," jelasnya.
Setelah diberi penjelasan oleh Sunari, pengantar barang meminta maaf dan meninggalkan rumah Sunari.
"Saya kasih penjelasan, saya ceritain semuanya. Awalnya nggak mau nerima tapi akhirnya mau juga nerima penjelasan dari saya," ujarnya.
Sunari mengaku sudah mengadukan kasus paketan fiktif tersebut ke Polres Kendal dan berharap polisi segera menangkap pelaku aksi teror terhadap anaknya.
"Semoga saja pak polisi segera menangkap pelakunya agar anak saya bisa hidup nyaman, aman dan nggak terganggu lagi," harapnya.
Diberitakan sebelumnya, teror kiriman paket barang kepada Titik beraneka ragam, mulai dari ponsel bahkan hingga batu-bata dan genting. Semua itu dialamatkan kepada Titik, meski dia sudah sempat berpindah kota tempat tinggal. Kini Titik tinggal di rumah seorang kenalannya untuk menghindari kiriman-kiriman tersebut.
"Saya mengalami teror ini saat masih kerja di Semarang sekitar akhir tahun 2018. Waktu itu kan saya kerja dan ngekos di Semarang dan ada yang ngirimin ke saya berupa barang-barang," kata Titik saat ditemui detikcom di rumah pendampingan di Kabupaten Kendal, Jumat (24/7).
Sejak 2018 itu, anak pasangan Sunari dan Ngariyati ini kerap mendapatkan kiriman paket barang yang tak pernah dia pesan. Mulanya dia bahkan berpikir itu candaan temannya.
"Saya nggak pernah pesan barang-barang seperti handphone, pakaian atau makanan tapi diatasnamakan saya. Awalnya sempat berpikir ini candaan teman tapi kok terus-terusan," ceritanya.
Titik yang merasa ketakutan itu lalu memutuskan keluar dari pekerjaannya dan pulang ke Kendal. Namun, teror itu ternyata terus berlanjut dan hampir setiap hari.
"Saya tambah bingung kok paketan barang datang terus dan tahu alamat rumah saya di Kendal. Setiap hari selalu ada kiriman barang bahkan sehari bisa tiga sampai empat kali," ujarnya.
Teror yang dialami Titik tak hanya berhenti di paketan barang. Dia juga mengaku difitnah di media sosial, bahkan foto maupun nomor ponsel pribadinya ikut disebarluaskan.
Titik pun akhirnya memutuskan untuk menyusul ayahnya yang bekerja sebagai buruh di Batam. Ternyata ketika tiba di Batam dia juga mendapatkan paket antena parabola yang tak pernah dia pesan.
"Saya nyusul ayah ke Batam, di sana tinggal sebentar karena ada yang ngirimin paketan barang juga," ujarnya.
Lama-lama Titik mengaku tak kuat dengan teror paket barang dan mulai bercerita kepada ayahnya. Oleh sang ayah, Titik diajak pulang ke Kendal untuk melapor ke polisi. Titik pun sekarang mengungsi di rumah aman.