Hilal Dwi Bagus Priyadi (13) harus banting tulang bekerja sebagai pembuat kulit lumpia di sela sekolahnya. Siswa kelas VIII MTs Merden, Banjarnegara ini bahkan harus merawat ibunya yang sakit.
Sejak 2 tahun lalu, Hilal sapaan akrabnya, mulai bekerja sebagai pembuat kulit lumpia di rumah tetangganya. Tepatnya setelah ibunya, Nasirom (45) jatuh sakit dan tidak bisa bekerja lagi dengan maksimal.
"Kondisi ibu sering kambuh, dan kalau sedang kambuh tidak bisa jalan. Tiduran aja," kata Hilal, Kamis (23/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pembuat kulit lumpia, setiap harinya Hilal berangkat pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, mengingat saat ini sekolah menerapkan belajar di rumah akibat pandemi virus Corona atau COVID-19. Namun, kadang kala dia juga harus lembur hingga pukul 22.00 WIB saat banyak pesanan.
Anak bungsu dari dua bersaudara ini pun mengaku ingin punya waktu bermain seperti teman-temannya. Namun keinginan itu dia kubur dalam-dalam mengingat ibunya kini tak bisa bekerja seperti dulu lagi.
"Saya sebenarnya ingin bermain seperti yang lain. Tetapi saya sadar dengan kondisi yang saya alami sekarang," tuturnya.
Hilal saat ini tinggal bersama ibunya Nasirom (45), dan kakak perempuannya Aprilia Intan (18). Namun, kakaknya Intan lebih sering tinggal di pondok pesantren di Kabupaten Sukoharjo karena disekolahkan salah seorang donatur. Sedangkan bapaknya sudah meninggal saat Hilal berusia empat tahun.
"Di rumah hanya bertiga. Tetapi karena sedang libur, jadi kakak pulang. Biasanya setahun pulang ke rumah 1 sampai 2 kali," terangnya.
Sementara itu, ibu Hilal, Nasirom mengatakan kondisinya terus drop sejak 2017 lalu. Nasirom didiagnosis masalah jantung. Dengan kondisinya itu dia masih rutin periksa di Rumah Sakit Islam Banjarnegara maupun Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta.
"Kondisi saya mulai ngedrop tahun 2017. Dulu masih di Jakarta, karena kondisinya terus lemah kemudian pulang ke rumah," kata Nasirom.
Nasirom menuturkan sejak dia sakit, putra bungsunya itu rajin mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. Termasuk bekerja membuat kulit lumpia di tetangganya.
"Kalau lagi kambuh saya tiduran aja. Semua pekerjaan rumah Hilal yang mengerjakan. Apalagi kalau musim kemarau, Hilal juga yang mencari air bersih untuk kebutuhan rumah tangga," ujarnya.
Meski sakit, Nasirom juga tak mau berpangku tangan. Kala fit dia membuat keranjang pindang yang dijual per biji Rp 90. Dia pun berharap untuk sembuh agar putranya tak lagi bekerja.
"Sekarang keinginan saya sembuh seperti yang lain. Agar bisa bekerja lagi seperti dulu. Tetapi di luar itu saya juga bersyukur, alhamdulillah dua anak saya nurut. Kalau pas sekolah, setelah pulang sekolah bantu-bantu. Malahan mau bekerja juga," tuturnya.