Terdapat 2 nisan kuno di tengah sawah Desa Sanggrahan, Kecamatan Prambanan, Klaten. Sejak ditemukan 5 bulan lalu, hingga saat ini belum terungkap, siapa sosok yang dimakamkan di bawah nisan batu kuno tersebut.
"Siapa yang dimakamkan dan keluarga siapa tidak ada yang tahu. Pokoknya dinamai Kyai Santri dan Nyai Santri," ungkap penggarap sawah, Sarmanto (62) saat ditemui detikcom di sawahnya, Kamis (23/7/2020).
Sarmanto mengatakan kuburan itu ditemukan sekitar Bulan Februari lalu. Awalnya dia mencangkul membentur benda keras yang ternyata batu nisan. "Saat saya mau buat pematang buat tanam padi pukul 09.00 WIB tapi kena batu itu," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan Sarmanto, temuan itu kemudian diberitahukan pada keponakannya, Agus Supadi. Oleh Agus, tanah pematang digali.
"Digali oleh ponakan saya Agus dan beberapa warga. Ternyata ada dua makam itu, lalu dibersihkan," jelas Sarmanto.
"Itu tanahnya sekitar dua meter dalamnya. Sempat saya tanami rumput gajah saat belum digali," sambungnya.
Selama 30 tahun menggarap sawah di lokasi itu, jelas Sarmanto, tidak pernah ada kejadian aneh dan tidak mendapat cerita apapun dari para pendahulu tentang keberadaan makam di sawah garapannya itu.
Namun almarhum ayah mertuanya memang pernah memintanya berhati-hati penggarap lahan tersebut, meskipun mertuanya tidak dijelaskan lebih lanjut terkait peringatan itu.
"Ya cuma diminta hati-hati, tidak diceritakan sejarahnya. Kini ya sudah (kedua makam) dirawat, diberi atap," pungkas Sarmanto.
Tonton video 'Warga Pasuruan Temukan Susunan Batu Bata Kuno Saat Bangun Irigasi':
Sulastri, istri Sarmanto mengatakan dia kadang menemukan tikar di makam itu. Meski dia tak tahu siapa pemiliknya.
"Kadang ada tikar di lokasi. Mungkin untuk menyepi (tirakat), mencari ketenangan," ungkap Sulastri kepada detikcom di lokasi.
Pamong Budaya Madya BPCB Jateng, Deny Wahju Hidajat menambahkan jika melihat bentuknya dipastikan merupakan makam kuno, namun bukan seorang tokoh.
"Melihat makamnya memang kuno tapi bukan makam seorang tokoh. Mungkin masyarakat biasa atau juga mungkin hanya petilasan," jelas Deny dihubungi detikcom.
![]() |
Diwawancara terpisah, pegiat Klaten Heritage Comunity, Hari Wahyudi, mengatakan sudah mengecek makam itu. Dia menduga makam itu berasal dari masa Mataram Islam.
"Kalau dari batu diperkirakan Mataram Islam juga dari seninya. Dua makam itu beda meski sekilas sama sebab satu ada batu tonjolan biasanya makam pria dan satu tanpa tonjolan makam wanita," jelas Hari kepada detikcom.