Wakil Rektor III, Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Kuncoro Diharjo menemui massa aksi yang mengusung tagar universitas nggawe susah (bikin susah) atau #UniversitasNggaweSusah. Hingga sore ini massa aksi masih bertahan di lokasi demo.
"(Massa aksi) Sudah ditemui kok. (Ditemui) Sama Warek 3 (Wakil Rektor III UNS) Prof Kuncoro," kata Deputi Humas UNS, Deddy Whinata Kardiyanto saat dihubungi detikcom, Senin (20/7/2020).
Diberitakan sebelumnya, tagar universitas nggawe susah atau #UniversitasNggaweSusah yang diinisiasi BEM Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo jadi trending topic di Twitter. Tak hanya mencuit di media sosial, mahasiswa juga melakukan aksi di area kampus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari foto yang diterima detikcom, Senin (20/7), aksi demo mahasiswa ini digelar di Boulevard UNS Solo. Para mahasiswa yang menggelar aksi memakai pakaian almamater warna ndog asin (turqoise).
Mereka membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan 'Universitas Nggawe Susah', 'Pandemi COVID Dispensasi UKT Syaratnya Berbelit Belit Emang Sebenarnya UNS Pelit!!', 'GWS UNS', hingga 'Dosa Besar Rektorat Adalah Menaikkan SPI Dimasa Pandemi'.
![]() |
Mereka menggelar demo dengan menerapkan jaga jarak atau physical distancing. Aturan mengikuti aksi ini sudah disosialisasikan via Twitter. Di antaranya wajib membawa dan memperhatikan payung/jas hujan, masker, botol minum, poster tuntutan, hand sanitizer, jaga jarak lebih kurang 1 meter, dan obat pribadi.
Mahasiswa yang mengikuti demo pun tampak mengenakan masker. Mereka juga tampak berbaris rapi. Saat ini para mahasiswa ditemui perwakilan dari rektorat.
Para mahasiswa ini menyuarakan 10 tuntutan aksi yang tergabung dalam Dasasila Maklumat mahasiswa UNS. Mereka menuntut soal pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) hingga sumbangan pembangunan institusi (SPI) yang dirasa tinggi.
![]() |
"Jadi dari teman-teman aksi pada siang sampai sore ini dari golongan mahasiswa biasa UNS, hingga BEM Fakultas, organisasi eksternal kampus KAMMI, GMNI dan HMI yang tergabung dalam aliansi UNS bergerak. Karena ini sudah lama, dari awal pandemi sampai sekarang kemudian ada beberapa isu yang berkembang UKT, mahasiswa baru yang dikeluarkan dari CSA (Cost Structure Analysis), sekarang SPI nggak ada pilihan Rp 0," kata Humas Aliansi UNS Bergerak Zaki Zamani saat dihubungi detikcom.
Zaki merinci CSA merupakan penghitungan menentukan nominal UKT. Mereka menuntut anggaran almamater kembali dimasukkan dalam nominal tersebut, sehingga tidak menjadi pungutan lagi. Selain itu soal SPI, mereka mengeluhkan besaran nilai sumbangan yang nilainya jutaan.
"Tega-teganya kampus SPI mulai dari Rp 8 juta ke atas. Kita sudah mengajukan audiensi terbuka 3 kali tapi nggak pernah digubris kampus, hanya ditanggapi dengan undangan-undangan workshop perwakilan 1-2 dari lembaga," jelasnya.