Praktik prostitusi online bertarif ratusan ribu laku di kalangan mahasiswa Yogyakarta. Kasus ini terungkap usai muncikari berinisial AP alias Kuyang (21) ditangkap Polsek Mlati, Sleman. Lantas mahasiswa seperti apa yang kerap menjadi pelanggannya?
"Kalau memang pergeseran moral saya tidak bisa menjelaskan tapi pastinya mungkin karena sudah tingkat kepekaan dengan lingkungan sekitar pun sudah berkurang," kata Dosen Psikologi Prodi Kedokteran Universitas Negeri Solo (UNS) Rafika Nur Kusumawati, S.Psi, MA saat berbincang dengan detikcom, Kamis (16/7/2020).
Rafika lalu menyebut media internet yang menjadi salah satu kunci dalam akses informasi tentang prostitusi. Terlebih, di masa pandemi virus Corona atau COVID-19 ini aktivitas di luar rumah menjadi terbatas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prostitusi online atau yang dulu disebut dengan ayam kampus dan sebagainya, dan berkembang di media. Artinya lingkungan seseorang tidak hanya membutuhkan fisik tapi lingkungan yang sifatnya media yang sangat menentukan seseorang bersikap," tutur Rafika.
"Lingkungan media ini pasti akan memfasilitasi seseorang cari informasi yang jauh lebih terakses karena sesuatu hal yang tidak bisa kita capai secara fisik, misal ke suatu tempat, itu bisa kita search dan kita pilih. Itu memudahkan mereka jauh lebih mudah dalam mengakses tinggal janjian dan sebagainya," sambungnya.
Rafika menuturkan tak hanya mahasiswa, para penikmat prostitusi online saat ini juga sudah merambah ke para remaja.
"Kalau untuk perkembangannya sendiri, saya rasa tidak hanya mahasiswa untuk zaman sekarang, yang disayangkan penikmat prostitusi adalah orang-orang yang cenderung dewasa, turun di dewasa awal bahkan saya menemukan banyak di remaja. Ini tidak akan terlepas dari bagaimana stimulasi dari lingkungan," urainya.
Tonton video 'Evolusi Bisnis Prostitusi':