Keluarga Chorib (40) dan Koyi (42) sudah tiga tahun ini tinggal di sebuah gubuk di areal persawahan dan dikelilingi kebun di Pekalongan. Gubuk reyot berdinding kayu itu ternyata bekas kandang sapi.
Keluarga Chorib tinggal bersama tiga anaknya di gubuk berukuran 3x4 meter itu. Tak ada jendela maupun MCK yang layak di gubuk itu. Kamar mandi yang terletak di samping gubuk itu hanya berbalutkan kain sarung tanpa MCK. Gubuk itu juga hanya beralaskan tanah. Tetangga terdekat pun berjarak sekitar 10 meter.
"Sudah tiga tahun di sini. Ya seperti ini, saya syukuri saja. Ini kalau kumpul bersama anak-anak ada lima (orang) satu rumah ini," kata Chorib, saat ditemui detikcom di Desa Lumeneng, Kecamatan Paninggaran, Pekalongan, Rabu (15/07/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chorib bercerita dia semula sempat merantau ke Wonosobo, Jawa Tengah. Namun, karena perekonomiannya terpuruk dia memutuskan pulang ke kampung halamannya di Paninggaran, Pekalongan.
Gubuk yang dia tinggali itu pun bekas kandang sapi milik orang tuanya. Dia mengaku menyulap kandang sapi itu menjadi tempat tinggalnya ketimbang tinggal bersama orang tuanya.
"Sebelumnya ini kandang sapi. Lama tidak dipakai, kita buat rumah ala kadarnya, seperti ini jadinya. Kita milih tinggal di sini, kalau di rumah orang tua sudah penuh keluarga besar juga," jelasnya.
Chorib dan Koyi pun bahu-membahu mencari nafkah untuk menghidupi ketiga anaknya yang berusia 17 tahun, 12 tahun, dan seorang balita. Keduanya bekerja serabutan dengan upah per hari Rp 10 ribu atau dibayar dengan beras secukupnya.
"Kalau ada orang yang membutuhkan tenaga, kita baru kerja. Ngarit (mencari rumput ternak), maupun cari batu," kata Chorib.
Sayangnya, pekerjaan itu pun tak selalu ada. Kadang kala saat tak ada pekerjaan mereka dibantu tetangga yang iba.
"Tidak setiap hari ada (kerja) seperti itu. Kalau untuk makan, seadanya, tetangga sering membantu," tutur Chorib.
Gubuk berukuran 3x4 meter itu hanya memiliki satu kasur yang digunakan bersama untuk lima orang. Kasur itu pun terhitung baru karena merupakan bantuan dari aparat desa. Di gubuk itu, ruang tamu maupun dapur juga menjadi satu.
"Kalau mau buang air besar ke sungai," tambah istri Chorib, Koyi.