Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) menegaskan kasus asal Sukoharjo yang tewas saat latihan silat tidak terkait organisasi mereka. Mereka mengklarifikasi kabar yang mengatakan para pelaku adalah warga PSHT.
Sebelumnya, polisi telah menangkap sembilan orang yang bertanggung jawab atas tewasnya ABG saat latihan silat di Desa Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Sabtu (4/7) malam lalu. Mereka disebut-sebut sebagai warga PSHT yang melatih siswa bernama Faizal Adi Rangga (15).
"Kejadian di Gatak itu tidak terkait dengan PSHT. Baik pelatih ataupun siswa bukan dari PSHT," kata anggota Dewan Pertimbangan PSHT Cabang Sukoharjo, Choirul Rus Suparjo saat ditemui di Sukoharjo, Sabtu (11/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan bahwa organisasi PSHT telah pecah sejak beberapa tahun lalu. Ada pihak yang mendeklarasikan diri sebagai organisasi baru. "Kalau mereka latihan menggunakan nama PSHT maka itu ilegal," tegasnya.
Menurutnya, kejadian tersebut juga menjadi pembelajaran untuk PSHT dan seluruh masyarakat pada umumnya. Terutama saat pandemi COVID-19, Choirul menilai sebaiknya latihan ditiadakan terlebih dahulu.
"Kalau kami di PSHT, 90 persen kegiatan latihan off. Misal pun ada kegiatan, harus sesuai protokol kesehatan," katanya.
"Kami tidak mengetahui kejadian di Gatak. Namun di PSHT, pelatih harus tahu kapan harus menendang. Kalau sedang tidak siap, saya pun kalau ditendang ya jatuh," kata dia.
Saat ini, pihaknya tengah membuat pusat data agar kegiatan PSHT transparan. Mereka tak ingin nama PSHT tercoreng akibat ulah oknum.
"Jadi nanti bisa dicek PSHT sedang ada kegiatan apa, latihan di mana saja, kapan waktunya, anggotanya berapa, semua bisa dicek agar transparan," kata Sekretaris PSHT Cabang Sukoharjo, Sutarto Dwi Sutrisno.