Ngaku Tunanetra Padahal Tidak, Seorang Peserta UTBK UNS Didiskualifikasi

Ngaku Tunanetra Padahal Tidak, Seorang Peserta UTBK UNS Didiskualifikasi

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Selasa, 07 Jul 2020 17:28 WIB
Kos dekat kampus di Solo, Selasa (26/3/2019).
UNS, Solo. (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)
Solo -

Panitia SBMPTN Universitas Sebelas Maret (UNS) mendiskualifikasi seorang peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Peserta tersebut mengaku sebagai penderita tunanetra.

Peserta berinisial MM itu datang ke ruang Laboratorium 2 Gedung UPT Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) UNS pada sesi kedua, Selasa (7/7/2020). Petugas mendapati keanehan dari peserta tersebut, karena datang berjalan sendirian.

Saat ditanya petugas terkait lokasi ujian, MM menjawab Laboratorium 2. Laboratorium tersebut adalah tempat khusus untuk penyandang tunanetra. Ketika dicek datanya, MM terdaftar sebagai peserta tunanetra. Namun dia terbukti bisa berjalan sendiri dengan mudah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang bersangkutan beralasan dirinya adalah atlet disabilitas. Dalam pertandingan, dia tergolong sebagai atlet tunanetra," kata Wakil Rektor I UNS Ahmad Yunus usai meninjau pelaksanaan UTBK.

Kemudian MM diminta mengurus permasalahan itu ke gedung SPMB UNS. Di sana dia diklarifikasi secara detail terkait kondisinya. Dari pemeriksaan lebih jauh, petugas mendapati adanya usaha MM mengelabui panitia. Sebab panitia sebelumnya sudah memastikan kembali data para peserta UTBK disabilitas.

ADVERTISEMENT

"Karena sebelumnya, seluruh peserta berkebutuhan khusus sudah ditelepon satu per satu, dipastikan kondisinya. Tapi ternyata dia kondisinya sehat, bisa melihat, bisa mendengar," ujar dia.

MM sempat meminta agar bisa diikutkan dalam jalur reguler. Namun Yunus menegaskan UNS tidak bisa memberikan toleransi terkait pemalsuan data. "Kalau ada pemalsuan data seperti itu, kita tidak bisa memberikan toleransi. Makanya kita diskualifikasi," tegasnya.

Petugas Teknologi, Informasi, Komunikasi (TIK) di SBMPTN UNS, Winarno, mengaku belum mengetahui pasti apa tujuan MM mengaku sebagai peserta tunanetra. Kepada petugas, MM tetap mengaku bahwa dalam semua kompetisi, dia selalu masuk dalam kategori tunanetra. Meskipun bukan tunanetra, MM mengaku penglihatannya memang terganggu.

"Kalau terkait kemudahan soal, memang ada bedanya dengan (peserta) yang normal. Seperti jumlah soal lebih sedikit, soal matematika tidak terlalu rumit. Tapi soal teknis pengerjaan malah tidak mudah, karena harus betul-betul terbiasa, baik alatnya ataupun programnya. Kalau tidak pernah pakai sistem itu, pasti malah kesulitan," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(mbr/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads