Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) Kota Semarang kembali diperpanjang. Kali ini PKM tidak akan diberikan periode seperti sebelumnya yaitu dua mingguan, namun sampai ada keputusan PKM diakhiri.
"Kami memutuskan PKM harus diteruskan. Sebagai payung hukum untuk kegiatan patroli yang melibatakan TNI Polri dan Pemkot. Perpanjangan perwal berikutnya tanpa periode," kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi saat jumpa pers di Kantor Dinkes Kota Semarang, Jl Pandanaran, Semarang, Minggu (5/7/2020) malam.
Hendi, sapaan karibnya, mengatakan PKM jilid 4 sedianya berakhir hari ini, Minggu (5/7). Namun, PKM akhirnya diputuskan diperpanjang tanpa batas waktu sebagai pegangan aparat untuk patroli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendi menyebut PKM bisa dihentikan jika kasus virus Corona atau COVID-19 di Kota Semarang terus menurun. Namun, tidak menutup kemungkinan PKM makin diperketat jika kasus Corona juga makin meningkat.
"Kalau ada hal yang sangat mendesak untuk menyelesaikan PKM, misalnya angka menurun, bisa saja PKM didelete atau tidak perlu PKM. Sebaliknya, kalau angka naik terus, PKM akan ditambahi beberapa pasal yang menuntut pengetatan dalam kegiatan masyarakat," jelasnya.
Hendi menyebut naikknya angka kasus Corona di Kota Semarang karena gencarnya rapid test dan swab yang ditelusuri lewat tracing. Namun, dia juga menyebut masih ada yang belum paham soal protokol kesehatan dan juga menyalahgunakan pelonggaran yang dilakukan di PKM jilid 4.
"Sebenarnya harapannya warga bisa memanfaatkan kelonggaran dengan bijak. SOP kesehatan jadi prasyarat utama untuk berkegiatan," terangnya.
"Hasil dari penelusuran kawan-kawan patroli masih ada yang bandel. Artinya, menurut kami masih ada yang belum memahami makna kelonggaran. Nanti kita bicara teknis, titik-titik mana yang kami kencengi kembali," tegas Hendi.
Hendi menambahkan ada klaster baru Corona di Kota Semarang yakni klaster perusahaan. Namun, pihaknya tak menyebut nama perusahaan itu.
"Jumlahnya ada tiga perusahaan. Jumlahnya yang baru ketahuan di perusahaan A itu hampir 47, itu sudah swab semua. Di perusahaan B ada sekitar 24, terus yang C ini yang baru hampir lebih dari 100-an," kata Kepala dinas kesehatan Kota Semarang, M Abdul Hakam di lokasi yang sama.
Pemkot Semarang juga sudah melakukan tracing kontak kasus tersebut. Pemkot Semarang juga meminta perusahaan yang menjadi klaster tidak melakukan kegiatan.
"Yang satu karena sudah awal-awal pertengahan Juni, yang A ini, sudah mulai jalan," ujarnya.