Pondok Pesantren (Ponpes) Ali Maksum, Krapyak, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul mewajibkan santri yang kembali ke ponpes untuk menjalani karantina terlebih dahulu. Jika kekurangan tempat, pihak ponpes siap menyulap madrasah sebagai tempat karantina.
Koordinator Satgas COVID-19 Ponpes Ali Maksum, Maya Fitria mengatakan, sejak munculnya kasus virus Corona (COVID-19) di Indonesia pada bulan Maret lalu pihak ponpes telah mengambil langkah untuk memulangkan para santrinya secara bertahap. Memasuki bulan Juli ini pihaknya berencana memulangkan secara bertahap para santri ke ponpes. Pemulangan para santri itu dari wilayah DIY terlebih dahulu dan bersifat tidak wajib.
"Awal ini hanya santri dari DIY saja, itu kita sudah data sekitar 250 santri, itu pun kalau mereka setuju balik ke sini, kalau tidak setuju ya tidak kita paksa," kata Maya saat ditemui wartawan di Ponpes Ali Maksum, Rabu (1/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk jadwalnya, tanggal 9 (Juli) itu yang putri dulu, dan tanggal 10 (Juli) untuk yang putra. Jadi kita bagi 2 untuk yang dari DIY," imbuh Maya.
Maya menyebut mereka yang pulang nantinya harus menjalani karantina selama 14 hari terlebih dahulu. Kemudian santri luar DIY rencananya baru boleh kembali setelah karantina pertama selesai.
"Nah, 14 hari setelah itu baru dari luar DIY (yang pulang ke ponpes), tapi belum pasti juga karena harus lihat evaluasi karantina pertama dulu," katanya.
Hal itu untuk memastikan sebanyak 2.032 santri di Ponpes Ali Maksum tidak terpapar virus Corona (COVID-19). Bahkan, selama itu pula pembelajaran akan menggunakan sistem online.
"Pembelajaran itu mulai tanggal 15 Juli secara online. Jadi yang datang ke sini tetap belajar online, karena kan mereka harus karantina," ucapnya.
Dia menambahkan, pihaknya telah mempersiapkan tempat karantina untuk para santri. Bahkan, jika pondok tak mampu menampung maka pihaknya akan mengalihfungsikan madrasah sebagai tempat karantina.
"Sementara ini untuk yang putri ada dua kompleks yang digunakan dari enam kompleks dan yang putra ada tiga kompleks. Untuk di pondok kapasitasnya hanya separuh karena dibuat jarak 1,5 meter antarsantri," katanya.
"Kalau mau nambah kita punya banyak ruangan, kan madrasah juga bisa digunakan," imbuh Maya.
Sementara itu ada juga santri yang masih bertahan di ponpes dan tidak dipulangkan saat pandemi Corona mulai merebak Maret lalu. Mereka adalah para santri senior atau yang menempuh kuliah di Yogyakarta.
"Kemudian santri yang masih ada di sini kami bekali cara membikin hand sanitizer sendiri, bikin disinfektan sendiri. Makanan juga kita kasih gizi yang lebih bagus dan setiap hari kita beri vitamin," ujarnya.
Sementara itu, Pemkab Bantul juga memantau kesiapan ponpes terkait akan dimulainya kegiatan belajar mengajar pada pertengahan Juli besok. Untuk santri yang berasal dari luar DIY nantinya akan menjalani rapid test.
Bupati Bantul Suharsono mengatakan pengelola ponpes wajib memperhatikan santri yang berasal dari luar DIY, khususnya Surabaya, Jawa Timur. Bukan tanpa alasan, hal itu karena ada satu keluarga di Bantul terluar virus Corona (COVID-19) dari salah seorang anggota keluarga yang sebelumnya berkunjung ke Surabaya.
Oleh karena itu, Suharsono tidak ingin mengambil risiko dan berencana melakukan rapid test kepada santri yang berasal dari luar daerah. Apalagi, jumlah santri yang berasal dari luar daerah cukup banyak.
"Dari informasi di sini ada sekitar 50 santri dari Jawa Timur. Nah, itu jadi prioritas, sehingga langsung saja dites (rapid test) begitu sampai sini (ponpes)," katanya saat ditemui wartawan di Ponpes Ali Maksum.
Terkait pelaksanaan rapid test, Suharsono menyebut jika Pemkab Bantul siap memfasilitasinya. Menurutnya, semua itu sebagai bentuk mencegah penyebaran COVID-19 di Bantul.
"Misal di sini butuh bantuan penanganan dari Pemkab ya silakan mengajukan (rapid) tes untuk santri, nanti kita bantu dan tidak usah bayar," ucapnya.