Masyarakat Konghucu Indonesia Solo menggelar ritual Duan Yang. Ritual ini menandai masuknya musim panas di mana matahari tegak lurus dengan bumi sebagaimana yang telah dilakukan umat Ru Jiao (Konghucu) sejak zaman dulu.
Ketua Masyarakat Konghucu Indonesia Solo, Whensi Adjie Candra, mengatakan arti Duan Yang adalah saat matahari memancarkan cahaya paling keras. Karena itu persembahyangan Duan Yang dilaksanakan pada saat tengah hari antara pukul 11.00-13.00. Disebut sebagai Festival Duan Yang (Peh Cun, Bakcang) yang jatuh setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.
"Pada saat hari Duan Yang jam demikian matahari benar-benar melambangkan curahan anugerah Tian," jelasnya, Kamis (25/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cahaya matahari ialah sumber kehidupan, lambang keberkahan dan kemurahan Tian atas manusia dan segenap makhluk ciptaannya di dunia," tambah Adjie.
Warga keturunan Tionghoa di Indonesia, memperingati Hari Bakcang atau Peh Cun pada Kamis 25 Juni 2020. Peringatan ini dirayakan rutin setiap tahun pada hari kelima bulan lima penanggalan Lunar atau kalender Imlek. Namun karena adanya pandemi Corona maka tidak bisa dilaksanakan secara besar-besaran.
![]() |
Hari Bakcang dirayakan untuk memperingati keberadaan makanan yang ternyata bersejarah. Konon, lahirnya bakcang tak lepas dari peringatan untuk mengenang tokoh Cina bernama Qu Yuan.
Menurut Adjie, hampir semua ritual di negeri China juga diikuti masyarakat Konghucu di Indonesia. Di China ada empat musim yang menjadi kewajiban untuk selalu mengadakan upacara persembahyangan. Yakni musim semi dan yang sekarang diperingati adalah musim panas.
"Sembahyang Duan Yang bertepatan dengan musim panas, semoga panas ini melenyapkan wabah Corona karena betul-betul banyak manusia yang menderita," ujarnya.