Seorang warga Dukuh Ngadirojo, Desa Sambungmacan, Sragen, Sudarsono (62) mengoleksi ribuan fosil di rumahnya. Hobi yang ditekuninya sejak 45 tahun silam ini bahkan sempat membuatnya dicibir oleh tetangga.
"Ya saya dikira gila. Karena ngumpulin gituan (fosil). Dulu kan banyak yang belum paham," ujar Sudarsono ditemui detikcom di rumahnya, Selasa (16/6/2020).
Selain itu, lanjutnya, menggali dan membawa tulang belulang ke rumah saat itu dianggap tak lazim. Banyak warga yang takut barang tersebut mengandung mistis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya punya agama untuk pegangan, kenapa khawatir. Toh hingga sekarang tidak ada kejadian apa-apa," ujarnya.
![]() |
Sudarsono pun tetap melanjutkan kegemarannya berburu fosil. Meski saat itu, dirinya mengaku tak mengetahui secara jelas nilai fosil yang ditemukannya.
"Awalnya saya kumpulkan saja, siapa tahu nanti berguna. Dulu saya taruh di kebun, lalu kok banyak tamu yang datang untuk cari gitu-gitu (fosil). Lalu saya masukkan di rumah, saya buatkan rak," paparnya.
"Nggak terasa jumlahnya sudah lebih dari empat ribuan," tukas Sudarsono.
Hingga akhirnya banyak kolektor yang datang untuk membeli koleksi fosil milik Sudarsono. Tawaran dari Rp 10 hingga Rp 50 juta pernah ditolaknya. Padahal nilai tersebut cukup besar di masa itu.
"Paling tinggi menawar hingga Rp 50 juta. Sekitar tahun 1990-an. Yang ditawar itu fosil gigi gajah purba. Umur fosilnya sekitar 1,8 juta tahun. Saya tolak," tegasnya.
Sudarsono mengaku menolak tawaran menggiurkan tersebut, karena dari awal dirinya memang tidak ingin mencari untung dari kegemarannya mengoleksi fosil purba ini. Menurutnya, pendapatannya saat itu sebagai juru foto panggilan serta berjualan tanaman bonsai sudah mencukupi kebutuhannya.
"(Kalau dijual) Lha nanti hilang, rusak atau tidak dirawat. Fosil ini ilmu, untuk generasi selanjutnya. Saya cari bukan karena nilai materinya, tapi ilmunya tinggi sekali," terang Sudarsono.
Diberitakan sebelumnya, Sudarsono mengaku mulai mengoleksi fosil ini sejak tahun 1975. Fosil tersebut ditemukan di aliran Bengawan Solo yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.
"Sekitar tahun 1973, ada proyek pembuatan kanal sodetan Bengawan Solo. Waktu itu tujuannya untuk mengurangi banjir akibat meluapnya aliran sungai. Dari sodetan inilah saya mulai menemukan fosil dan mengumpulkannya sejak 1975," ujar Sudarsono, ditemui detikcom di rumahnya, Selasa (16/6).
Pembuatan sodetan tersebut dilakukan dengan membuat saluran sedalam 10 meter. Di dasar sodetan inilah, banyak fosil-fosil ditemukan.
Baca juga: Penampakan Fosil Koleksi Warga Sragen |