Tradisi arak-arakan sapi di Boyolali menyambut Bulan Syawal tahun ini ditiadakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerumunan di masa pandemi virus Corona atau COVID-19.
"Karena sekarang sedang ada wabah COVID-19, kita ikuti instruksi Pemerintah untuk menghindari kerumunan. Maka tradisi arak-arakan sapi dalam Syawalan Minggu (31/5) besok ditiadakan dulu," kata Ketua RW 04 Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Hadi Sutarno kepada wartawan di Boyolali, Jumat (28/5/2020).
Tradisi Arak-arakan atau Angon sapi ini rutin digelar oleh warga di lingkup RW 04, Dukuh Mlambong, Rejosari dan Gedongsari, Desa Sruni. Tradisi ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali, di akhir perayaan Lebaran atau di H+7 Lebaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi arak-arakan sapi tahun ini sedianya dilaksanakan pada Minggu (31/5) lusa. Acara ini digelar bertepatan dengan momen Kupatan atau Syawalan yang dikenal masyarakat sebagai Bakdo kupat dan bakdo sapi.
Dalam tradisi ini ratusan hewan ternak sapi milik warga setempat dikeluarkan dari kandang untuk diarak keliling kampung. Sebelum mengarak sapi, warga setempat terlebih dulu menggelar kenduri menggunakan ketupat lengkap dengan sayur dan lauknya.
Dengan pertimbangan Corona yang mewabah, tradisi arak-arakan sapi tahun ini tidak digelar. Namun, jika ada warga yang ingin mengeluarkan hewan ternaknya secara pribadi juga tidak dilarang.
"Ini kan tradisi yang sudah turun-temurun dari nenek moyang dan terkait dengan kepercayaan warga, jika ada warga yang secara pribadi ingin angon sapinya keliling kampung, monggo. Yang penting tidak berkerumun, hindari kerumunan," terangnya.
Tradisi ini mengacu pada kepercayaan warga jika pada Syawalan atau Bakdo Kupat Kanjeng Nabi Sulaiman memeriksa hewan-hewan ternak milik warga. Sehingga warga setempat mengeluarkan sapinya dari kandang dan mengaraknya keliling kampung.