Gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 27 Mei 2006 masih melekat di benak warga Yogyakarta. Seorang warga Bantul, Daru Waskita menceritakan kembali pengalamannya saat gempa dahsyat itu terjadi.
"Waktu gempa terjadi itu saya sedang tidur, terus terbangun. Tapi saat itu saya tidak bisa keluar dari rumah karena pintunya (rumah) tidak bisa dibuka," kataDaru saat dihubungi detikcom, Rabu (27/5/2020).
Daru yang merupakan warga RT 01, Dusun Gunungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul ini menceritakan bagaimana situasi saat gempa yang terjadi pada pukul 05.54 tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah berhasil keluar dari rumah dengan susah payah, Daru mendapati sebagian besar rumahnya rata dengan tanah. Daru mengaku saat itu berada di bagian tengah rumahnya. Berada dalam posisi terkunci di dalam rumah, dia mengaku hanya bisa pasrah.
"Pas tidak bisa keluar rumah itu saya hanya mepet tembok rumah terus kejatuhan plesteran tembok. Tapi tidak luka hanya muka dan rambut saya jadi putih karena kena labur," ucapnya.
"Tapi ya untung itu (pintu rumah tengah tidak bisa dibuka) kalau bisa dibuka saya kena (tertimpa material rumah) karena rumah depan ambruk, habis itu," kata Daru.
Setelah gempa selesai, dia baru bisa keluar rumah dan mendapati bagian depan rumahnya rata dengan tanah. Selain itu, beberapa bagian rumahnya juga mengalami kerusakan yang parah.
"Yang ambruk (roboh) itu rumah depan, dapur dan rumah sebelah barat," katanya.
Meski begitu, Daru mengaku terus mengucap syukur karena tidak ada anggota keluarganya yang menjadi korban. Seluruh keluarganya berhasil keluar dari rumah saat guncangan gempa itu terjadi.
"Keluarga tidak ada yang jadi korban, ayah sama ibu saat itu di dapur tapi bisa keluar lewat belakang (rumah). Terus istri dan adik saya juga bisa keluar lewat depan (rumah)," katanya.
Daru mengungkap, ada delapan orang tetangganya saat itu yang menjadi korban tewas akibat tertimbun bangunan yang roboh. Sedangkan hampir seluruh bangunan di RT tempat tinggalnya kala itu ambruk.
"Jadi tidak ada peringatan apa-apa karena kan sekarang batu pageblug (pandemi) COVID-19," ucapnya.