Bubur samin khas Banjar selalu menjadi hal yang ditunggu-tunggu warga Solo di bulan Ramadhan. Namun di bulan puasa kali ini, pembuatan bubur di Masjid Darussalam, Jayengan, Solo ditiadakan.
Hal tersebut merupakan salah satu imbas dari wabah virus Corona (COVID-19). Sebab biasanya, untuk mendapatkan bubur lezat ini, masyarakat harus antre dan berdesak-desakan di halaman masjid.
"Sebelum bulan puasa diputuskan tidak ada pembuatan bubur tahun ini. Kan harus menjaga jarak dan tidak boleh kumpul-kumpul," kata petugas Masjid Darussalam, Subakdi, Jumat (1/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Takmir juga telah memasang pengumuman agar masyarakat tahu bahwa tidak ada pembuatan bubur samin. Meski demikian, masih ada saja warga yang datang membawa rantang untuk mendapatkan bubur itu.
"Ada yang pagi itu datang menitipkan rantang. Biasanya memang seperti itu. Tapi sekarang karena tidak memasak bubur, ya kita kembalikan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Darussalam, HM Rosyidi Muchdlor menceritakan tradisi ini sudah berlangsung sejak 1980. Berawal hanya dikonsumsi para perantau dari Banjar, bubur samin kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Dahulu, bubur hanya dibuat dari bahan beras 15 kg. Tahun-tahun kemarin, takmir menyiapkan beras hingga 50 kg per hari untuk mendapatkan lebih dari 1.000 porsi.
"Bahan utamanya beras, sayuran, bumbu rempah, irisan daging sapi, dan yang paling penting pakai minyak samin yang aromanya khas," kata Rosyidi.
Cara memasaknya ialah dengan memasukkan semua bahan dalam bejana besar. Bubur dimasak hingga lima jam dengan cara diaduk terus menerus.
"Memang harus diaduk terus, kalau berhenti nanti kering. Yang mengaduk bergantian," ujar dia.
Bubur biasanya dibagikan kepada masyarakat selepas salat asar. Takmir juga biasanya menyediakan 200 porsi bubur untuk disantap saat berbuka di Masjid Darussalam.