Agen bus malam di Yogyakarta saat ini mulai beralih profesi sejak adanya larangan mudik. Terlebih sejak aturan itu berlaku, tidak ada lagi bus malam yang beroperasi sehingga tidak ada penumpang.
Salah seorang agen bus malam di Terminal Giwangan, Asri Indah Astuti Ningrum (60) bercerita sudah alih profesi. Warga Gamping, Sleman ini kini memilih berjualan sembako untuk menutupi biaya hidup sehari-hari.
"Jual tiket bus malam ini yang utama. Tapi kalau sudah seperti ini saya sementara tutup sambil jual sembako," kata perempuan yang akrab disapa Ning saat ditemui di Terminal Giwangan, Selasa (28/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ning sudah sejak tanggal 24 April 2020 menutup kiosnya atau saat pemerintah memberlakukan larangan mudik. Sebab, tak ada satupun penumpang yang datang untuk membeli tiket bus malam.
"Mulai 24 April ini tidak ada penumpang sama sekali, kalau Maret masih ada walaupun hanya satu dua penumpang," katanya.
Kondisi ini jelas berbalik 180 derajat jika dibandingkan tahun lalu. Pada periode yang sama di tahun lalu, Ning mengaku selalu ada penumpang yang membeli tiket setiap harinya.
"Tahun lalu bisa 20 penumpang setiap hari. Kalau tahun ini ya sepertinya tidak ada sama sekali," keluhnya.
![]() |
Ning pun hanya membuka kios agen tiketnya untuk sekadar untuk bersih-bersih. Dia juga yakin tidak akan ada calon pembeli tiket bus malam.
"Ini tiga hari sekali buka untuk bersih-bersih. Kalau penumpang pasti tidak ada, kan mereka pasti juga takut kalau disuruh putar balik," bebernya.
Pantauan detikcom di kios agen bus malam Terminal Giwangan sore ini, tampak hanya ada beberapa yang masih buka. Namun, tak ada satu calon penumpang pun yang datang. Banyak agen yang buka hanya untuk bersih-bersih kios saja, selanjutnya mereka menutup kiosnya.
Kondisi tidak jauh berbeda juga terjadi di agen bus malam yang ada di Prambanan, Sleman. Sebanyak 12 agen bus malam yang tergabung dalam Persatuan Agen Bus Malam Prambanan (Padma) juga banyak yang tutup.
"Ini semua tutup karena tidak ada bus malam, dari PO ada pengumuman tanggal 24 April 2020 itu sudah tidak ada bus yang beroperasi," kata Ketua Padma, Nur Effendi saat ditemui di Prambanan, Selasa (28/4).
Nur menjelaskan sejak awal tahun tren penumpang bus malam memang sudah lesu. Meski begitu, hampir setiap hari ada saja pembeli tiket bus malam.
"Februari masih ada penumpang. Sebelum Jakarta PSBB masih ada. Kalau sekarang penurunanya ya 100 persen," ungkapnya.
Agen bus malam yang ada di Prambanan, kata Nur, sudah mulai merasakan penurunan yang signifikan sejak Maret. Padahal tahun lalu saat bulan Ramadhan dalam sehari setidaknya ada 50 penumpang dengan tujuan Jakarta maupun Sumatera.
"Maret mulai turun pelan-pelan. Padahal kalau tahun lalu itu sehari bisa ada 50 penumpang pas Ramadhan. Kalau sekarang ya tidak ada, omzetnya jadi ya todak ada," tuturnya.
Pria asal Desa Bokoharjo, Prambanan itu menjelaskan untuk mengatasi krisis ini banyak dari agen yang beralih profesi. Kebanyakan dari mereka memilih berjualan walaupun kondisinya juga sepi.
"Banyak yang jualan sekarang. Walau pun pekerjaan utamanya memang agen bus tapi kalau kondisi seperti ini ya milih jualan," ucapnya.
Dia pun berharap agar pandemi Corona ini bisa segera berakhir dan ekonomi bisa pulih seperti sedia kala.
"Harapannya ya Juni bisa selesai lah, semua bisa normal lagi," tutupnya.