Jakarta -
Sebanyak 15 warga negara asing (WNA) asal India sudah tinggal selama satu bulan lebih di sebuah masjid di Sleman, DIY. Mereka akhirnya menjalani rapid test. Hasilnya, 9 orang di antaranya dinyatakan PDP Corona.
"Mereka (15 WNA India) datang dua gelombang, semuanya laki-laki antara 40-60 tahun. Selama di sini tinggal di lantai 2 masjid. Mereka sudah tinggal di masjid ini sejak sebulan yang lalu," ujar Ketua RW 05 Dusun Kocoran, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Rochpradejono kepada wartawan di Masjid Jami' Al-Ittihaad, Sleman, Rabu (22/4/2020).
Dia mengungkapkan, 15 WN India itu seharusnya sudah pulang ke negara asal. Namun, justru tertahan di Indonesia dikarenakan India lockdown.
"Tanggal 15 April 2020 harusnya sudah pulang tapi karena lockdown jadi tertahan hingga saat ini," kata Rochpradejono.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo menjelaskan para WN India itu telah menjalani rapid test. Hasilnya, 9 orang di antaranya lanjut menjalani tes swab virus Corona atau COVID-19.
"Yang jemaah WN India kemarin ada 15 yang dites, 9 di antaranya reaktif sehingga tadi dilanjutkan pengambilan swab tenggorok di RSA UGM," kata Joko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jelang Ramadan, 473 Masjid di Kendari Disemprot Disinfektan:
Joko mengungkap
rapid test terhadap 15 orang tersebut dilakukan kemarin. Sedangkan tes
swab terhadap 9 orang di antaranya dilaksanakan hari Rabu (22/4/2020).
"Swab dilakukan hari ini. Setelah swab 9 orang itu dirawat di RSPAU Hardjolukito. Mereka saat ini berstatus pasien dalam pengawasan (PDP)," jelasnya.
Sedangkan enam orang yang hasil rapid test-nya negatif, kata Joko, kini ditempatkan di shelter isolasi yang disediakan Pemkab Sleman.
"Enam jemaah yang negatif saat ini ditempatkan di Tirtomartani, Kalasan, yakni di Balai PMD milik Kemendagri," ucapnya.
Lebih lanjut, dinas juga melakukan rapid test terhadap takmir dan jemaah Masjid Jami' Al-Ittihaad yang menjadi lokasi tempat berkumpulnya 15 warga negara asing (WNA) asal India. Rapid test dilakukan hari ini.
"Iya, takmir masjid dan warga yang sering ibadah di masjid tersebut juga kami lakukan rapid test," ungkap Joko.
Dari 14 orang warga yang menjalani rapid test, 6 orang di antaranya menunjukkan hasil reaktif.
"Dari 14 orang 6 di antaranya menunjukkan hasil reaktif," ujarnya.
Joko menjelaskan, karena hasil tes itu reaktif, selanjutnya akan dilakukan swab. Untuk saat ini keenam warga telah diisolasi di rumah sakit (RS).
"Besok (hari ini,Red) akan kami swab tenggorok. Saat ini 4 orang isolasi di RSI PDHI Kalasan, 2 di RSUD Sleman," paparnya.
Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) Sleman melakukan pendataan terhadap masjid-masjid yang sempat didatangi para jemaah tabligh itu.
"Ini kita sedang melakukan pendataan, melalui organisasi majelis tablig yang berpusat di Masjid Jami' Al Ittihaad, masjid-masjid mana yang pernah dikunjungi, atau tokoh-tokoh mana yang sempat kontak," kata Kepala Kantor Kemenag Sleman, Saban Nuroni saat dihubungi wartawan, Rabu (22/4/2020).
Saban menegaskan para jemaah tablig ini tidak termasuk klaster ijtima Gowa. Pasalnya sejak awal tujuan warga negara India itu ke Yogyakarta.
"Nampaknya tidak (ke Gowa). Karena sudah sejak Januari mereka (WNA India) sudah tiba di Yogyakarta dan tidak melakukan kunjungan ke Gowa," jelasnya.
Selama berada di Yogya, para jemaah tablig asal India ini sempat berkeliling di wilayah DIY. Dari penelusuran Kemenag Sleman, para WNA India itu sempat menyambangi wilayah Sleman dan Gunungkidul.
"Mereka berkeliling cuma di DIY, di Sleman, Gunung Kidul. Tapi paling banyak di Kabupaten Sleman ada di Pakem, Prambanan dan Kalasan, tapi di mana saja waktu itu kami masih belum tahu," ungkapnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini