Pemkot Solo mengajak warganya kembali menghidupkan ronda malam untuk mengamankan kampung. Namun warga tetap diminta menjaga jarak demi mencegah penularan virus Corona (COVID-19).
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Solo, Ahyani, mengatakan kegiatan ronda tidak harus dipusatkan di Pos Kamling. Para petugas ronda pun diminta tidak kumpul-kumpul.
"Yang keliling kan dua orang cukup, tetap jaga jarak. Sistemnya tidak harus berkumpul, misalnya satu di sini, satu di sana, kentongan dimanfaatkan untuk komunikasi," kata Ahyani di Balai Kota, Selasa (21/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem pembunyian kentongan sebenarnya telah memiliki pakem, misalnya pukulan 1-1-1 sebagai tanda adanya orang meninggal, kemudian pukulan 2-2-2 sebagai tanda ada pencurian. Namun masyarakat bisa melakukan variasi.
"Yang jelas ini untuk menggerakkan kearifan lokal zaman dulu kala dengan kentongan agar masyarakat waspada. Dampak sosial dari krisis ekonomi biasanya orang kesulitan ekonomi dan kriminalitas akan muncul," ujarnya.
Dia meyakini pembunyian kentongan malam-malam tak akan membuat masyarakat terganggu. Justru warga akan merasa aman ketika ada yang berjaga.
"Karena kondisi sosial seperti ini justru masyarakat biar lebih aman, daripada sepi gitu kan. Kebetulan ini juga mau puasa, bisa sekaligus membangunkan sahur," ujar Sekda Kota Solo itu.
Bahkan Pemkot Solo berencana membuat lomba kreativitas kampung tentang ronda dan kentongan. Namun, dalam masa pandemi ini lomba bakal digelar secara daring.
"Nanti diunggah di medsos, dinilai antarRT, RW, lalu naik ke kelurahan, sampai kota. Tapi satu kampung lima orang saja, tetap jaga jarak, patuhi physical distancing," katanya.
Menurutnya, lomba tersebut merupakan cara Pemkot agar olah rasa masyarakat tetap terjaga di tengah banyaknya pembatasan.
"Sekarang kan kita benar-benar kehilangan momen, tidak bisa menonton wayang, dan lain-lain, jadi sementara dialihkan ke kentongan dulu. Jadi olah rasa kita ini tetap terjaga," pungkasnya.