Mengintip Tradisi Sadranan di Klaten Saat Pandemi Corona

Mengintip Tradisi Sadranan di Klaten Saat Pandemi Corona

Achmad Syauqi - detikNews
Minggu, 19 Apr 2020 19:06 WIB
Acara Sadranan di Desa Kajen, Kecamatan Ceper, Klaten, Minggu (19/4/2020).
Foto: Acara Sadranan di Desa Kajen, Kecamatan Ceper, Klaten, Minggu (19/4/2020). (Istimewa)
Klaten -

Sebagian masyarakat di Klaten tetap melaksanakan tradisi Sadranan di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19. Tradisi yang dilaksanakan di bulan Ruwah atau menjelang puasa Ramadhan dilaksanakan oleh sedikit warga.

"Ramai tahun lalu sebelum ada Corona. Ini drastis dulur-dulur (saudara) luar kota nggak ada yang pulang," jelas Abdul Rozak, salah seorang warga Kecamatan Delanggu yang melaksanakan nyadran di Desa Sajen, Kecamatan Ceper pada detikcom, Minggu (19/4/2020).

Menurut Abdul Rozak, tradisi Sadranan di desa asalnya itu digelar di setiap RW. Biasanya dilanjutkan acara wayangan selama sehari semalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wayangan biasanya dengan lakon Brontoyudo. Tapi kali ini hanya acara kendurian doa bersama," sambung Abdul Rozak.

Meskipun hanya sekadar kenduri, kata Abdul Rozak, dirinya merasa bersyukur sebab masih bisa silaturahmi dan mempertahankan tradisi.

ADVERTISEMENT

Salah seorang warga lainnya di Desa Klepu, Kecamatan Ceper, Prawito mengatakan Sadranan di kampunynya tetap berlangsung. Namun tetap memperhatikan anjuran pemerintah dengan menjaga jarak.

"Sadranan tetap ada. Hanya jaraknya diatur agar tidak berkerumun," jelas Prawito pada detikcom.

Pelaksanaan Sadranan tahun ini, lanjut Prawito, tidak dilakukan di pemakaman tetapi diganti di jalan kampung. Peserta lumayan banyak sekitar 30 orang.

"Jadi karena ada jarak 1,5 meter per orang, barisnya jadi panjang. Untuk itu dilakukan di jalan," kata Prawito.

"Para perantau tidak pulang jadi hanya warga lokal. Bahkan karena corona ada yang hanya tahlil zikir di masjid," sambungnya.

Pantauan detikcom di Kecamatan Ceper, masih tampak warga yang berziarah di pemakaman dusun. Mereka tampak membersihkan makam tanpa acara di bangsal makam.

Sedangkan seorang warga Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen, Lasi, bercerita tak ada Sadranan di daerahnya. Aparat di wilayahnya tegas melarang warga berkumpul.

"Doa dan zikir sekampung tidak diadakan. Tapi bersih makam tetap ada," ungkap Lasi.

Halaman 2 dari 2
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads