Persediaan baju hazmat atau baju 'astronot' untuk penanganan pasien Virus Corona atau COVID-19 yang digunakan tenaga kesehatan di Jawa Tengah menipis. Kini Alat Pelindung Diri (APD) itu diproduksi mandiri di RSUD Dr Moewardi, Solo.
Baju hazmat tersebut diproduksi oleh RSUD Moewardi Solo menggunakan bahan standar pabrikan yakni Polypropylene Spundbound. Kapasitas produksinya disebut bisa mencapai 200-250 APD per hari.
"APD ini sulit dicari, bahkan di beberapa daerah ada yang teriak-teriak kekurangan APD sampai pakai mantel. Kami kemudian berinovasi mencari bahan seperti yang dibuat pabrikan. RSUD Moewardi berhasil membuat inovasi dan kreativitas dengan membuat APD sendiri yang hasilnya sama dengan yang dijual pabrikan dan harganya jauh lebih murah," kata Ganjar di kantor Dinkes Jateng, Semarang, Senin (23/3/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Silakan rumah sakut di seluruh Jateng koordinasi dengan Dinkes apabila kekurangan APD. Kalau ada yang ingin belajar membuatnya sendiri juga boleh, datang langsung ke Moewardi," imbuhnya.
Selain baju hazmat, saat ini sedang dicari solusi untuk memenuhi kebutuhan APD lain yaitu masker. Ganjar menegaskan pemerintah daerah harus berinovasi dan tidak selalu bergantung dengan pemerintah pusat.
Jokowi: 180 Negara Berebut Masker dan Hand Sanitizer:
"Kalau bisa pemerintah daerah membantu pusat, jangan hanya membebani pusat. Harus kreatif dan inovatif untuk memecahkan masalah sendiri. Yakinlah, dengan doa, ketekunan dan kemauan, semua pasti ada jalan," jelasnya.
Kepala Bidang Pelayanan RSUD Moewardi, Bambang SW menambahkan pihaknya mencari bahan pembuat baju hazmat dan berupaya memproduksinya sendiri. Hasilnya ternyata sesuai standar.
"Ternyata bahannya ada. Kemudian kami beli dan kami jahit sendiri. Hasilnya ternyata bagus dan sesuai standar," kata Bambang.
Produksi per hari, lanjut Bambang bisa mencapai 200-250 potong per hari. Untuk biaya pembuatan ia menyebut satu baju kurang dari Rp 50 ribu. Saat ini APD buatannya itu akan digunakan untuk kebutuhan internal. Namun jika rumah sakit lain membutuhkannya bisa menghubungi Dinkes Jateng.
"Kalau rumah sakit lain membutuhkan, kami juga siap membantu. Kalau ada yang mau belajar membuatnya, kami juga siap mengajari," tegasnya.