Mantan Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman menegaskan akan menantang Bupati incumbent atau petahana, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dengan membentuk poros baru dalam Pilkada Sragen 2020. Agus yang juga ketua nonaktif DPD II Golkar Sragen ini tengah menggalang komunikasi untuk menyiapkan calon penantang pasangan Yuni-Suroto yang diusung PDIP dan PKB.
"Kader Partai Golkar di (kalangan) bawah semuanya mengatakan bahwa Golkar harus mencari calon, agar dinamika demokrasi di Sragen menjadi bagus. Bukan soal kalah atau menang, tetapi ketika ada sebuah pertandingan tanpa lawan itu menjadi sesuatu yang lucu bagi kacamata kita," ujar Agus ditemui wartawan di rumahnya, Kamis (12/3/2020).
Agus yang baru saja bebas usai menjalani pidana kasus korupsi kas daerah (Kasda) Sragen ini mengatakan, sikapnya untuk membentuk poros baru didasari karena tidak ingin adanya praktik politik dinasti di Sragen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, Bupati Sragen saat ini, Kusdinar Untung Yuni Sukowati adalah putri dari Bupati Sragen periode 2001-2011, Untung Wiyono. Menurut Agus, berdasarkan catatan sejarah, kekuasaan yang terus dilestarikan dari waktu ke waktu, sebagian besar berujung kontraproduktif dan cenderung memicu praktik koruptif.
"Kecenderungan orang, begitu daya kekuasaan itu bertumpu pada satu keluarga pasti akan berpikir tentang keuntungan bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi kroni-kroninya. Ini menurut hemat saya berlawanan dengan konsep reformasi yang tumpuannya itu anti korupsi, kolusi dan nepotisme," terangnya.
Agus mengaku tidak mempermasalahkan siapapun yang akan menjadi bupati, asal bisa bekerja baik untuk kepentingan masyarakat umum. Namun jika bekerja hanya untuk keluarga dan kroni-kroninya, Agus khawatir hal ini menjadi sesuatu yang amat sangat buruk bagi iklim demokrasi di Sragen maupun di Indonesia.
"Kita harus membuat membuat counter terhadap isu politik dinasti yang kemudian dikemas jadi politik yang berdarah biru, bahwa hanya mereka yang berhak atas kekuasaan. Golkar saya kira harus membuat perlawanan dalam tanda petik, dengan menjadikan salah satu warga Kabupaten Sragen sebagai calon (bupati) sebagai counter terhadap kecenderungan nepotisme gaya baru ini," lanjut Agus.
Agus mengaku tengah membuka komunikasi dengan seluruh pihak, terkhusus bagi partai-partai yang belum mendeklarasikan dukungannya terhadap calon siapapun. Namun hingga saat ini, bentuk komunikasi tersebut belum mengerucut kepada calon yang akan diusung.
"Di politik itu segala sesuatu menjadi mungkin karena ini bagian berkesenian hidup. Jadi asal partai itu bukan partai terlarang tentu bisa bergabung (berkoalisi). Kita harus membuat pemimpin baru yang punya komitmen lebih tegas kepada rakyat, pada kemiskinan berpihak kepada kepentingan banyak orang daripada kepentingan kelompok," imbuh Agus.
Diwawancara terpisah, Ketua DPD PKS Sragen menyambut baik rencana dibentuknya poros baru sebagai lawan petahana. Pasalnya, sejak gagal mendapatkan rekomendasi sebagai pendamping Yuni, PKS memang sedang getol mencari koalisi.
"Kita sempat ketemu (Agus Fatchur Rahman) waktu masih di Lapas. Saat itu beliau sampaikan komunikasi dengan PKS tidak ada kendala. Setelah ini kita akan adakan komunikasi lebih intens dengan Golkar," ujar Idris.
PKS sendiri, lanjutnya, akan segera mengadakan pertemuan dengan Golkar untuk menjajaki kemungkinan pembentukan koalisi baru. Pertemuan akan digelar secepat mungkin, mengingat tenggat pendaftaran bakal calon bupati yang semakin dekat.
"Karena waktunya memang terbatas kita harus bergerak cepat. Semoga saja dalam minggu depan kita bisa menindaklanjuti ini dengan beliau (Agus Fatchur Rahman)," kata Idris.
PKS juga melakukan komunikasi serupa dengan beberapa partai yang belum melakukan deklarasi dukungan terhadap calon tertentu. Beberapa partai tersebut di antaranya Gerindra, PAN, dan NasDem.
"Tapi memang sementara ini paling cair (komunikasi) dengan Golkar," pungkasnya.