Gunung Merapi kembali mengalami erupsi pagi tadi dengan tinggi kolom letusan 6 kilometer. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menilai erupsi Merapi sebagai hal yang wajar.
"Ya ora popo (ya tidak apa-apa), erupsi itu lebih baik daripada meletus, kan gitu. Kalau meletus itu ke atas, kalau erupsi itu hanya lewat bawah," kata Sultan saat ditemui wartawan di kantor Gubernur DIY, Kepatihan, Kota Yogyakarta, Selasa (3/3/2020).
Menurut Sultan, Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi paling aktif di dunia. Karena itu, aktivitas erupsi Merapi bukan hal yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kalau itu disumpeli (disumpali kubah lava) malah repot, gitu, lo. Biasa, memang (Gunung) Merapi itu (salah satu gunung berapi paling) aktif di dunia, kok," ucapnya.
Sultan pun meminta masyarakat tidak mempermasalahkan erupsi Gunung Merapi. Sebab, masyarakat di sekitar lereng Merapi sudah tahu apa yang dilakukan jika aktivitas Merapi meningkat.
"Ya kita saja yang mempermasalahkan, coba tanya (warga) sekitar Merapi, kan menganggapnya biasa," ucap Sultan.
Terkait dengan masih adanya aktivitas penambangan pasir di sekitar Gunung Merapi, Sultan menilai hal itu juga tidak jadi masalah. Menurutnya, para penambang akan berhenti menambang jika kondisi Merapi tidak kondusif.
"Ya ndak papa (masih ada penambangan pasir pascaerupsi Merapi). Mereka kalau itu merasa terganggu, kan minggir sendiri. Orang lereng Merapi itu sudah tahu apa yang harus mereka lakuken, ndak usah diajari, gitu," ucapnya.
"Karena mereka sudah setiap empat tahun sekali mesti ada kejadian (sehingga) dia sudah punya pengalaman," imbuh Ngarsa Dalem.
Diberitakan sebelumnya, berselang 19 hari setelah letusan 13 Februari 2020, Gunung Merapi kembali mengalami erupsi hari ini. Erupsi Merapi terjadi pada pukul 05.22 WIB tadi dengan tinggi kolom letusan 6 kilometer.
"Letusan terekam di seismograf dengan amplitudo 75 mm dan durasi 450 detik. Awan panas teramati sejauh kurang dari 2 kilometer," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/3/2020).
Hanik menjelaskan, seperti pada letusan-letusan sebelumnya, letusan hari ini tidak didahului prekursor yang jelas. Seismisitas pada 2 Maret 2020 terdiri atas gempa VTA 1 kali, MP 8 kali, LF 2 kali, dan DG 1 kali. Demikian juga deformasi, juga tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
"Data observasi ini menunjukkan bahwa menjelang letusan tidak terbentuk tekanan yang cukup kuat karena material letusan didominasi oleh gas vulkanik," jelasnya.
Rangkaian letusan Gunung Merapi sejak November 2019 hingga saat ini serta aktivitas kegempaan VTA menjadi indikasi bahwa saat ini Gunung Merapi berada pada fase intrusi magma menuju permukaan, yang merupakan fase ke-7 dari kronologi aktivitas erupsi Gunung Merapi Merapi 2018-2020.
"Kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi sebagai indikasi bahwa suplai magma dari dapur magma masih berlangsung," ungkapnya.